Thursday, November 27, 2008

Keutamaan Amalan Hati Ke Atas Amalan Badan

Sumber Download: http://al-ahkam.net/home/modules.php?op=modload&name=Downloads&file=index&req=viewsdownload&sid=1&min=10&orderby=dateD&show=10


(Fiqh al-Awlawiyyat, Dr. Yusuf al-Qaradhawi)


DI ANTARA amalan yang sangat dianjurkan menurut pertimbangan agama ialah amalan batiniah yang dilakukan oleh hati manusia. Ia lebih diutamakan daripada amalan lahiriah yang dilakukan oleh anggota badan, dengan beberapa alasan:

Pertama: Karena sesungguhnya amalan yang lahiriah itu tidak akan diterima oleh Allah SWT selama tidak disertai dengan amalan batin yang merupakan dasar bagi diterimanya amalan lahiriah itu, yaitu niat; sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

"Sesungguhnya amal perbuatan itu harus disertai dengan niat." [32]

Arti niat ini ialah niat yang terlepas dari cinta diri dan dunia. Niat yang murni untuk Allah SWT. Dia tidak akan menerima amalan seseorang kecuali amalan itu murni untuk-Nya; sebagaimana difirmankan-Nya:

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus..." (al-Bayyinah: 5)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan kecuali yang murni, yang dilakukan hanya untuk-Nya." [33]


Dalam sebuah hadith qudsi diriwayatkan, Allah SWT berfirman,

"Aku adalah sekutu yang paling tidak memerlukan persekutuan. Barangsiapa melakukan suatu amalan kemudian dia mempersekutukan diri-Ku dengan yang lain, maka Aku akan meninggalkannya dan meninggalkan sekutunya."

Dalam riwayat yang lain disebutkan:

"Maka dia akan menjadi milik sekutunya dan Aku berlepas diri darinya." [34]

Kedua: Karena hati merupakan hakikat manusia, sekaligus menjadi poros kebaikan dan kerusakannya. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim disebutkan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

"Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila dia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu ialah hati." [35]

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwasanya hati merupakan titik pusat pandangan Allah, dan perbuatan yang dilakukan oleh hatilah yang diakui (dihargai/dinilai) oleh-Nya. Karenanya, Allah hanya melihat hati seseorang, bila bersih niatnya, maka Allah akan menerima amalnya: dan bila kotor hatinya (niatnya tidak benar), maka otomatis amalnya akan ditolak Allah, sebagaimana disabdakan oleh baginda,

"Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat kepada tubuh dan bentuk kamu, tetapi Dia melihat kepada hati-hati kamu." [36]

Yang dimaksudkan di sini ialah diterima dan diperhatikannya amalan tersebut.

Al-Qur'an menjelaskan bahwasanya keselamatan di akhirat kelak, dan perolehan surga di sana, hanya dapat dicapai oleh orang yang hatinya bersih dari kemusyrikan, kemunafikan dan penyakit-penyakit hati yang menghancurkan. Yaitu orang yang hanya menggantungkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana yang Dia firmankan melalui lidah nabi-Nya, Ibrahim al-Khalil a.s.

"Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (Yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (as-Syu'ara': 87-89)

"Dan didekatlah surga itu kepada orang-orang yang bertaqwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihata (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat." (Qaf: 31-33)

Keselamatan dari kehinaan pada hari kiamat kelak hanya diberikan kepada orang yang datang kepada Allah SWT dengan hati yang bersih. Dan surga hanya diberikan kepada orang yang datang kepada Tuhannya dengan hati yang pasrah.

Taqwa kepada Allah - yang merupakan wasiat bagi orang-orang terdahulu dan yang terkemudian, merupakan dasar perbuatan yang utama, kebajikan, kebaikan di dunia dan akhirat - pada hakikat dan intinya merupakan persoalan hati. Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; "Taqwa itu ada di sini," sambil menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali. Beliau mengatakannya sebanyak tiga kali sambil memberikan isyarat dengan tangannya ke dadanya agar dapat dipahami oleh akal dan jiwa manusia.

Sehubungan dengan hal ini, al-Qur'an memberi isyarat bahwa ketaqwaan itu dilakukan oleh hati manusia:

"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati." (al-Hajj: 32)

Semua tingkah laku dan perbuatan yang mulia, serta tingkatan amalan rabbaniyah yang menjadi perhatian para ahli suluk dan tasawuf, serta para penganjur pendidikan ruhaniah, merupakan perkara-perkara yang berkaitan dengan hati; seperti menjauhi dunia, memberi perhatian yang lebih kepada akhirat, keikhlasan kepada Allah, kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, tawakkal kepada Allah, mengharapkan rahmat-Nya, takut kepada siksaan-Nya, mensyukuri nikmatNya, bersabar atas bencana, redha terhadap ketentuan-Nya, selalu mengingat-Nya, mengawasi diri sendiri dan lain-lain. Perkara-perkara ini merupakan inti dan ruh agama, sehingga barangsiapa yang tidak memiliki perhatian sama sekali terhadapnya maka dia akan merugi sendiri, dan juga rugi dari segi agamanya.

Siapa yang mensia-siakan umurnya, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa

Anas meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

"Tiga hal yang bila siapapun berada di dalamnya, maka dia dapat menemukan manisnya rasa iman. Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain; hendaknya ia mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah; dan hendaknya ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam api neraka." [37]

"Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga aku lebih dicintainya daripada ibubapa dan anaknya, serta manusia seluruhnya." [38]

Diriwayatkan dari Anas bahwa ada seorang lelaki yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, "Kapankah kiamat terjadi wahai Rasulullah?" Beliau balik bertanya: "Apakah yang telah engkau persiapkan?" Dia menjawab, "Aku tidak mempersiapkan banyak shalat dan puasa, serta shadaqah, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda, "Engkau akan bersama orang yang engkau cintai." [39]

Hadith ini dikuatkan oleh hadith Abu Musa:

Bahwa ada seseorang berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, "Ada seseorang yang mencintai kaum Muslimin, tetapi dia tidak termasuk mereka." Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Seseorang akan bersama dengan orang yang dia cintai." [40]

Hadith-hadith tersebut menunjukkan bahwa cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah, serta cinta kepada hamba-hamba-Nya yang shaleh merupakan cara pendekatan yang paling baik kepada Allah SWT; walaupun tidak disertai dengan tambahan shalat, puasa dan shadaqah.

Hal ini tidak lain adalah karena cinta yang murni merupakan salah satu amalan hati, yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah SWT.

Atas dasar itulah beberapa ulama besar berkata,

"Aku cinta kepada orang-orang shaleh walaupun aku tidak termasuk golongan mereka.

Aku berharap bahwa aku bisa mendapatkan syafaat (ilmu, dan kebaikan) dari mereka.

Aku tidak suka terhadap barang-barang maksiat, walaupun aku sama maksiatnya dengan barang-barang itu."


Cinta kepada Allah, benci karena Allah merupakan salah satu bagian dari iman, dan keduanya merupakan amalan hati manusia.

Dalam sebuah hadith disebutkan,

"Barangsiapa mencintai karena Allah, marah karena Allah, memberi karena Allah, menahan pemberian karena Allah, maka dia termasuk orang yang sempurna imannya." [41]

"Ikatan iman yang paling kuat ialah berwala' karena Allah, bermusuhan karena Allah, mencintai karena Allah, dan membenci karena Allah SWT." [42]

Oleh sebab itu, kami sangat heran terhadap konsentrasi yang diberikan oleh sebagian pemeluk agama, khususnya para daie' yang menganjurkan amalan dan adab sopan santun yang berkaitan dengan perkara-perkara lahiriah lebih banyak daripada perkara-perkara batiniah; yang memperhatikan bentuk luar lebih banyak daripada intinya; misalnya memendekkan pakaian, memotong kumis dan memanjangkan jenggot, bentuk hijab wanita, hitungan anak tangga mimbar, cara meletakkan kedua tangan atau kaki ketika shalat, dan perkara-perkara lain yang berkaitan dengan bentuk luar lebih banyak daripada yang berkaitan dengan inti dan ruhnya. Perkara-perkara ini, bagaimanapun, tidak begitu diberi prioritas dalam agama ini.

Saya sendiri memperhatikan - dengan amat menyayangkan - bahwa banyak sekali orang-orang yang menekankan kepada bentuk lahiriah ini dan hal-hal yang serupa dengannya - Saya tidak berkata mereka semuanya - mereka begitu mementingkan hal tersebut dan melupakan hal-hal lain yang jauh lebih penting dan lebih dahsyat pengaruhnya. Seperti berbuat baik kepada kedua ibubapa, silaturrahim, menyampaikan amanat, memelihara hak orang lain, bekerja yang baik, dan memberikan hak kepada orang yang harus memilikinya, kasih-sayang terhadap makhluk Allah SWT, apalagi terhadap yang lemah, menjauhi hal-hal yang jelas diharamkan dan lain-lain sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang beriman di dalam kitab-Nya; di awal surah al-Anfal, awal surah al-Mu'minun, akhir surah al-Furqan, dan lain-lain.

Saya tertarik dengan perkataan yang diucapkan oleh saudara kita, seorang daie' Muslim, Dr. Hassan Hathout yang tinggal di Amerika, yang sangat tidak suka kepada sebagian saudara kita yang begitu ketat dan kaku dalam menerapkan hukum Islam yang berkaitan dengan daging halal yang telah disembelih menurut aturan syariat. Mereka begitu ketat meneliti daging-daging tersebut apakah ada kemungkinan bahwa daging tersebut tercampur dengan daging atau lemak babi, walaupun
kemungkinan itu hanya benar 1% sahaja tetapi dalam masa yang sama masa yang sama dia tidak memperhatikan bahwa dia memakan bangkai saudaranya setiap hari beberapa kali (dengan fitnah dan mengumpat/ghibah), sehingga saudaranya dapat menjadi sasaran syubhat dan tuduhan, atau dia sendiri yang menciptakan tuduhan-tuduhan tersebut.

Allahu a’lam..


Catatan kaki:

32- Muttafaq 'Alaih dari Umar (al-Lu'lu' wa al-Marjan, 1245), hadith pertama yang dimuat dalam Shahih al-Bukhari

33- Diriwayatkan oleh Nasai dari Abu Umamah, dan dihasankan olehnya dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir (1856)

34- Muslim meriwayatkannya dari Abu Hurairah r.a. dengan lafaz hadith yang pertama, sedangkan lafaz yang lainnya diriwayatkan oleh Ibn Majah.

35- Muttafaq 'Alaih, dari Nu'man bin Basyir, yang merupakan bagian daripada hadith, "Yang halal itu jelas, dan yang haram itu juga jelas" (Lihat al-Lu'lu' wa al-Marjan, 1028)

36- Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah r.a. (2564)

37- Muttafaq 'Alaih dari Anas (al-Lu'lu'wa al-Marjan, 26)

38- Muttafaq 'Alaih dari Anas (al-Lu'lu' wa al-Marjan, 27)

39- Muttafaq 'Alaih dari Anas (al-Lu'lu' wa al-Marjan, 1693)

40- Muttafaq 'Alaih dari Anas (al-Lu'lu' wa al- Marjan, 1694)

41- Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab al-Sunnah dari Abu Umamah (4681), dan dalam al-Jami' as-Shaghir riwayat ini dinisbatkan kepada Dhiya' (Shahih al-Jami' as-Shaghir, 5965)

42- Diriwayatkan oleh al-Thayalisi, Hakim, dan Thabrani dalam al-Kabir, dan al-Awsath dari Ibn Mas'ud, Ahmad, dan Ibn Abi Syaibah dari Barra" dan juga diriwayatkan oleh Thabrani dari Ibn Abbas (Shahih al-Jami' as-Shaghir, 2539)

Monday, November 24, 2008

Kehebatan Penipuan Menggunakan Teknologi Moden

Part 1



Part 2



P/s: Serius! Aku tengok video ni agak malu gak sebagai org Malaysia dan paling utama orang pandang serong pada Islam. Memang nk tergelak, malu gila, sedih pun ad beb..

Sumber: http://pas123.blogspot.com/2008/11/kehebatan-penipun-menggunakan-teknologi.html

Apabila Zina Lebih Mudah Daripada Kahwin

Minggu depan adalah minggu terakhir saya sebagai Mufti Negeri Perlis. Tulisan hari ini adalah yang kedua sebelum yang terakhir pada minggu hadapan. Banyak perkara yang ingin saya kongsikan sepanjang tempoh dua tahun menjadi mufti.

Namun, nampaknya saya terpaksa tangguhkan terlebih dahulu hasrat itu kerana buat penghabisan kali di atas jawatan ini saya ingin menyentuh kerenah perkahwinan dalam negara ini. Hal ini penting terutama menjelang musim cuti sekolah kerana ramai yang akan berkahwin.

Antara peruntuh nilai-nilai baik dalam kehidupan manusia hari ini adalah apabila dimudahkan yang haram dan disukarkan yang halal. Sedangkan Islam menyuruh kita membentuk suasana atau iklim kehidupan yang menyukarkan yang haram dan memudah yang halal. Itulah tanggungjawab pemerintah dan umat iaitu menegak yang makruf dan mencegah yang munkar.

Menegak yang makruf itu adalah dengan cara menyuruh, memudah dan membantu ke arah tersebut. Sementara mencegah yang munkar adalah dengan cara menghalang, melarang dan menyukarkan jalan untuk sampai kepadanya. Namun, jika masyarakat hari ini menyusahkan yang halal dan menyenangkan yang haram, tanda kita begitu menjauhi ruh syariat islam yang hakiki yang diturunkan oleh Allah s.w.t.

Antara perkara yang selalu disusahkan adalah urusan perkahwinan. Kesusahan membina rumahtangga itu kadang-kala bermula dari keluarga sehingga ‘ketidak fahaman’ tok kadi dan seterusnya pengurusan pejabat agama dan mahkamah syariah. Kerenah-keranah yang berbagai telah memangsakan hasrat pasangan untuk mendapat ‘nikmat seks’ secara halal. Lebih menyedihkan apabila kerenah-keranah itu wujud disebabkan kepentingan-kepentingan luar yang bukan kepentingan pasangan secara langsung.

Umpamanya, urusan kenduri kahwin atau walimah telah dijadikan jambatan kesombongan ibubapa atau keluarga sehingga ditangguh perkahwinan bagi memboleh kenduri besar-besaran dibuat demi menjaga taraf ‘jenama keluarga’. Sehingga ada pasangan yang terpaksa menunggu bertahun kerananya.

Apatah jika keluarga membebankan semua belanja kepada bakal pengantin. Maka bakal pengantin terpaksa mengikat ‘nafsu seks’ hanya kerana hendak menjaga nafsu menunjuk-nunjuk keluarga. Walaupun kenduri kahwin itu disuruh, namun memadailah dengan kadar yang termampu. Tidak semestinya ‘ditumbangkan’ seekor lembu, atau dipanggil orang sekampung atau sebandar, atau dijemput semua rakan taulan.

Seseorang mengadakannya dengan kadar kemampuannya, seperti sabda Nabi s.a.w:

“Buatlah walimah walaupun sekadar seekor kambing” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Dalam ertikata lain, jika hanya mampu kenduri laksa, atau bihun atau mee pun tidak mengapa, asalkan diadakan walimah. Apa yang penting perkahwinan yang halal telah dilunaskan. Janganlah macam orang dulu apabila anaknya sebut ingin berkahwin, bapanya akan bertanya; “kau dah ada lembu ke nak buat kenduri?”. Maka bertangguhlah hasrat si anak. Padahal bukan anaknya ingin berkahwin dengan lembu, dia ingin berkahwin dengan kekasihnya.

Sepatutnya si bapa bertanya: “kau dah ada pasangan ke?”. Itulah soalan yang betul. Lembu tidak termasuk dalam rukun nikah. Apa yang lebih buruk apabila ada pihak yang menjadikan medan walimah sebagai pentas menunjuk-nunjuk kekayaan harta lalu hanya dijemput orang yang ‘berjenama’ dan ditinggalkan saudara-mara, kawan-rakan, jiran-tetangga yang tidak setaraf.

Nabi s.a.w. bersabda:

“Seburuk makanan adalah makanan walimah yang dijemput orang kaya dan ditinggalkan orang miskin..” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Maka, menderitakan bakal suami-isteri disebabkan keangkuhan keluarga.

Saya bukan anti kursus kahwin. Amat baik kursus tersebut jika diuruskan dengan mantap dan betul. Dalam kursus tersebut boleh disampaikan maklumat hukum-hakam nikah yang disyariatkan Allah sehingga generasi muda dapat melihat betapa cantik dan indahnya Islam. Syariat Islam yang mudah dan penuh hikmat dapat diserap dalam pemikiran bakal pasangan, kursusnya mereka yang masih muda. Agar mereka dapat menyelami kehebatan ajaran Islam ini. Maka kursus itu menjadi saluran dakwah penuh professional, mantap, berkesan dalam jiwa dan penghayatan.

Malangnya, kursus kahwin hari ini seakan projek lumayan untuk mengaut yuran peserta. Bukan sedikit saya terima laporan seluruh negara penceramah kursus kahwin yang berunsur lucah, lawak bodoh serta menggambarkan Islam begitu menakut dan susah untuk difahami dan dihayati. Hukum-hakam diterangkan secara berbelit-belit dan menyerabutkan peserta. Maka, kita lihat walaupun yuran kursus nampaknya makin tinggi dan peserta semuanya diwajibkan berkursus, masalah keretakan rumah tangga bagi generasi baru makin meningkat.

Saya juga amat tidak selesa melihat tok kadi yang selalu mendera pengantin agar mengulang-ulang lafaz terima (ijab) ketika akad nikah kononnya belum sah. Akad itu digambarkan begitu sulit dan susah sehingga seseorang menjadi terketar-ketar untuk menyebutnya. Diatur ayat lafaz akad itu dengan begitu skima sehingga pengantin kesejukan untuk menghafalnya.

Padahal akad nikah hanyalah bagi menggambar persetujuan kedua belah pihak menjadi suami isteri yang sah. Apa-apa sahaja lafaz yang membawa maksud kepada tujuan tersebut maka ia sah. Jika bapa bakal isteri menyebut “saya nikahkan saudara dengan anak saya Fatimah”, lalu bakal suami menjawab: “saya terima, atau saya bersetuju” atau mungkin ditambah “saya terima nikahnya” atau “saya bersetuju bernikah dengannya” seperti yang diminta oleh sesetengah sarjana dalam Mazhab al-Syafi’i, maka sahlah ijab dan qabul tersebut. Tidak disyaratkan mesti satu nafas atau dua nafas atau berjabat tangan atau menyusun ayat dalam bahasa sanskrit lama atau ayat tok kadi yang digunakan sebelum merdeka.

Sehinggakan sarjana fekah semasa Dr Abd al-Karim Zaidan dalam karya al-Mufassal fi Ahkam al-Marah wa al-Bait al-Muslim menyebut:

“Jika seseorang lelaki berkata kepada lelaki yang lain: “Nikahkan saya dengan anak perempuan awak”, lalu si bapa itu menjawab: “Aku nikahkan engkau”. Atau si bapa berkata kepada bakal suami: “bernikahlah dengan anak perempuanku”. Lalu bakal suami menjawab: “aku nikahinya”. Kedua contoh di atas adalah sah nikah berdasarkan apa yang disebutkan dalam Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim: Sesungguhnya seorang arab badawi telah meminang wanita yang telah mempelawa dirinya untuk Nabi s.a.w (ingin berkahwin dengan Nabi s.a.w), arab badawi itu berkata:”Nikahilah dia denganku”. Jawab Nabi s.a.w.: “Aku nikahkan engkau dengannya bermaharkan al-Quran yang ada bersamamu”. (al-Mufassal, 6/87, Beirut: Muassasah al-Risalah).

Bahkan dalam Sahih al-Bukhari ada bab yang al-Imam al-Bukhari letakkan ia berbunyi: Bab Iza Qala al-Khatib li al-Wali Zawwijni Fulanah, faqala qad Zauwajtuka bi Kaza wa Kaza, Jaza al-Nikah Wa In Lam Yaqul li al-Zauj Aradita au Qabilta, maksudnya: Bab Apabila Lelaki Yang Meminang Berkata Kepada Wali Perempuan: “Kahwinilah aku dengan wanita berkenaan”, lalu dia menjawab: “Aku nikahkan engkau dengannya bermaharkan sekian dan sekian, maka sah nikahnya walaupun tidak ditanya si suami apakah engkau setuju, atau terima”.

Inilah kesimpulan yang dibuat oleh al-Imam al-Bukhari berdasarkan hadis-hadis dalam bab nikah yang diteliti olehnya. Apa yang penting proses ijab dan qabul amatlah mudah. Ia adalah lafaz yang difahami oleh kedua belah pihak serta dua saksi yang menjelaskan kehendak dan persetujuan untuk berkahwin atau menjadi suami dan isteri. Apabila proses itu berlaku maka ia sah.

Tidak pernah ada dalil yang menyatakan mestilah satu nafas, atau tidak terputus nafas seperti diada-adakan oleh sesetengah pihak. Paling tinggi yang boleh kita kata adalah tidak boleh ada ruang yang menyebabkan salah satu pihak mengelirukan atau dikelirukan dalam menyatakan persetujuan nikah. Justeru itu Syeikhul Islam Ibn Taimiyyah r.h (meninggal 728H) menyebut:

“Nikah itu terlaksana (sah) dengan apa sahaja yang dihitung oleh orang ramai sebagai nikah; dalam apa bahasa, atau lafaz atau perbuatan”. (petikan Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, 2/355).

Apa yang ingin saya jelaskan betapa proses ijab qabul itu begitu mudah dan senang. Memadai jika bakal suami menjawab: “aku terima nikahnya”. Tidak timbul terpaksa berulang kali seperti yang dibuat oleh sesetengah pihak membuli pengantin. Jika jawapan yang diperlukan begitu ringkas dan jelas, dan pengantin pun telah melakukannya, mengapa pula ada tok kadi yang sengaja bertanya hadirin: perlu ulang ke? Lalu mereka pun dengan sukanya menyebut beramai-ramai ‘sekali lagi!, sekali lagi! Ini adalah permainan buli yang cuba dicampur aduk dengan hukum syarak.

Setelah berkahwin, rumahtangga yang dibina seperti yang diajar oleh Islam hendaklah menjadi syurga, bukan neraka. Jika perkahwinan tidak dapat membawa kebahgiaan, insan tidak disuruh memperjudikan hidup keseluruhan kerana isteri atau suaminya. Walaupun talak itu bukan perbuatan yang baik, namun ia dibenarkan jika terpaksa.

Insan mempunyai matlamat hidup, bukan sekadar untuk bertungkus lumus kerana masalah seorang lelaki atau wanita. Maka Islam mengajar cara-cara yang berbagai demi menyelamatkan rumah tangga dari talak. Jika gagal, Islam juga mengajar talak untuk mengelakkan kezaliman berlaku antara salah satu pihak; suami atau isteri. Firman Allah: (maksudnya)

“Dan apabila kamu menceraikan isteri-isteri (kamu) kemudian mereka (hampir) habis tempoh idahnya maka bolehlah kamu pegang mereka (rujuk) dengan cara yang baik atau lepaskan mereka dengan cara yang baik. dan janganlah kamu pegang mereka (rujuk semula) dengan tujuan memberi mudarat, kerana kamu hendak melakukan kezaliman (terhadap mereka); dan sesiapa yang melakukan demikian maka sesungguhnya dia menzalimi dirinya sendiri. dan janganlah kamu menjadikan ayat-ayat hukum Allah itu sebagai ejek-ejekan (dan permainan). dan kenanglah nikmat Allah yang diberikan kepada kamu, (dan kenanglah) apa yang diturunkan kepada kamu Iaitu Kitab (Al-Quran) dan hikmat, untuk memberi pengajaran kepada kamu dengannya. dan bertaqwalah kepada Allah serta ketahuilah: sesungguhnya Allah Maha mengetahui akan tiap-tiap sesuatu” (Surah al-Baqarah, ayat 231).

Jika penerusan perkahwinan hanya memberi mudarat kepada pasangan, maka talak itu disuruh oleh al-Quran. Malanglah kaum wanita yang sepatutnya telah dikeluarkan oleh al-Quran dari kezaliman atau kemudaratan si suami, tiba-tiba terjatuh dalam kezaliman batin akibat proses birokrasi mahkamah yang bernama syariah.

Maka, wanita hari ini ada yang terseksa batinnya kerana menunggu proses mahkamah yang kadang-kala memakan masa bertahun-tahun. Bagaimana mungkin isteri yang sudah tujuh lapan tahun suaminya tidak mengambil tahu soal nafkah zahir dan batin tetap disahkan oleh mahkamah bahawa dia masih suami sekalipun isteri berulang meminta dipisahkan. Kata Dr Karim ‘Abd al-Karim Zaidan menyebut:

“Jika suami gagal menunaikan nafkah untuk isteri, kadi memisah antara mereka jika isteri memilih untuk berpisah…Hal ini diriwayatkan dari sejumlah para sahabat dan tabi’in” (al-Mufassal, 7/217).

Beliau juga memetik apa yang disebut oleh al-Dardir dalam al-Syarh al-Kabir: “Bagi isteri boleh menuntut dipisahkan dari suami disebabkan mudarat yang dilakukannya; iaitu apa yang tidak diizinkan oleh syarak untuk dia buat seperti meninggalkan isteri atau memukulnya tanpa sebab dibenarkan syarak. Atau memaki dia atau bapanya seperti menyebut: Wahai anak anjing, atau wahai anak kafir! Atau wahai anak orang yang dilaknat”.

Dr Zaidan seterusnya memetik apa yang disebut oleh al-Imam Ibn Taimiyyah:

“Maka dianggap memberi mudarat kepada isteri yang boleh dipisah (dipasakh) apabila suami meninggalkan persetubuhan dalam apa keadaan sekalipun. Samada suami sengaja atau tidak sengaja”. (ibid 8/439).

Semua perbahasan yang begitu banyak boleh didapati dalam khazanah Islam itu menggambarkan rumahtangga untuk kebahagiaan hidup insan bukan untuk kedukaan mereka. Jika rumahtangga itu mengundang kedukaan, insan diberi peluang keluar oleh syarak untuk keluar dari daerah itu dengan segera. Malanglah, jika pintu keluar itu dihalang oleh kerenah biorokrasi mahkamah. Hakim barang kali ringan lidahnya menyebut: “kita tangguhkan perbicaraan kerana suami tidak hadir” sedangkan kesan jiwa begitu besar dan berat ditanggung oleh isteri.

Sebenarnya dalam Islam, jalan kepada halal dan kebahagian dibuka dengan begitu luas dan mudah. Dukacita, jika atas nama agama kita menyusahkan jalan yang halal dan dalam masa yang sama ada pula pihak-pihak lain yang memudahkan jalan yang haram. Perlaksanaan agama hendaklah bukan sahaja mendakwa adil, tetapi hendaklah juga kelihatan adil.


Sumber : drmaza.com

Wednesday, November 19, 2008

Bagaimana Menggerakkan Jari Telunjuk Ketika Tasyahud?


Syaikh al-Muhaddits Abu Ishaq al-Huwaini

Intisari video :

Syaikh al-Muhaddits Abu Ishaq al-Huwaini hafizhahullahu menjelaskan
tentang sifat tahrikul ishba' (menggerakkan jari telunjuk). Beliau
menceritakan bahwa pada suatu hari Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini sholat
di samping syaikh al-Albani rahimahullahu dan Syaikh Abu Ishaq
menggerakkan jari telunjuknya naik dan turun. Selesai sholat, Syaikh
al-Albani bertanya : "apakah anda pernah membaca suatu riwayat yang
menjelaskan tentang gerakan telunjuk seperti itu (naik dan turun)?".
Syaikh Abu Ishaq menjawab yang intinya beliau membacanya dan
mengetahuinya dari buku Syaikh al-Albani (Sifat Sholat an-Nabi).
Lantas Syaikh Abu Ishaq menceritakan, bahwa Syaikh al-Albani
menyatakan bahwa apa yang dilakukan Syaikh Abu Ishaq bukanlah tahrik
(menggerakkan) , namun itu adalah al-Khofdh war Raf'u (menurunkan dan
menaikkan). Sifat Tahrik yang benar, kata Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini
sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh al-Albani adalah, mengarahkan jari
telunjuk ke arah kiblat, kemudian menggerak-gerakkann ya secara ringan
pada tempatnya (yaitu tidak menaik-turunkannya) sebagaimana tampak
pada gambar video di atas. Demikianlah sifat menggerakkan jari
telunjuk sebagaimana yang dilihat Syaikh Abu Ishaq dari guru beliau,
Syaikh al-Albani rahimahullahu.

Allohu a'lam.


Sumber: abusalma.wordpress.com/2008/11/18/video-sifat-gerakan-telunjuk-ketika-tasyahhud

Thursday, November 13, 2008

Oleh: Dr. Yusuf al-Qardhawy

Sumber: Media Isnet
Sumber: al-fikrah.net/News/article/sid=165.html

Yang dimaksud dengan “Pemikiran Salafi” di sini ialah kerangka berpikir (manhaj fikri) yang tercermin dalam pemahaman generasi terbaik dari ummat ini. Yakni para Sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan setia, dengan mempedomani hidayah Al-Qur’an dan tuntunan Nabi SAW.


Kriteria Manhaj Salafi yang Benar

Yaitu suatu manhaj yang secara global berpijak pada prinsip berikut :

1. Berpegang pada nash-nash yang ma’shum (suci), bukan kepada pendapat para ahli atau tokoh.
2. Mengembalikan masalah-masalah “mutasyabihat” (yang kurang jelas) kepada masalah “muhkamat” (yang pasti dan tegas). Dan mengembalikan masalah yang zhanni kepada yang qath’i.
3. Memahami kasus-kasus furu’ (kecil) dan juz’i (tidak prinsipil), dalam kerangka prinsip dan masalah fundamental.
4. Menyerukan “Ijtihad” dan pembaruan. Memerangi “Taqlid” dan kebekuan.
Mengajak untuk ber-iltizam (memegang teguh) akhlak Islamiah, bukan meniru trend.
5. Dalam masalah fiqh, berorientasi pada “kemudahan” bukan “mempersulit”.
6. Dalam hal bimbingan dan penyuluhan, lebih memberikan motivasi, bukan menakut-nakuti.
7. Dalam bidang aqidah, lebih menekankan penanaman keyakinan, bukan dengan perdebatan.
8. Dalam masalah Ibadah, lebih mementingkan jiwa ibadah, bukan formalitasnya.
9. Menekankan sikap “ittiba’” (mengikuti) dalam masalah agama.
10. Dan menanamkan semangat “ikhtira’” (kreasi dan daya cipta) dalam masalah kehidupan duniawi.

Inilah inti “manhaj salafi” yang merupakan khas mereka. Dengan manhaj inilah dibinanya generasi Islam terbaik, dari segi teori dan praktek. Sehingga mereka mendapat pujian langsung dari Allah di dalam Al-Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi serta dibuktikan kebenarannya oleh sejarah. Merekalah yang telah berhasil mentransfer Al-Qur’an kepada generasi sesudah mereka. Menghafal Sunnah. Mempelopori berbagai kemenangan (futuh). Menyebarluaskan keadilan dan keluhuran (ihsan). Mendirikan “negara ilmu dan Iman”. Membangun peradaban robbani yang manusiawi, bermoral dan mendunia. Sampai sekarang masih tercatat dalam sejarah.

Citra “Salafiah” Dirusak oleh Pihak yang Pro dan Kontra

Istilah “Salafiah” telah dirusak citranya oleh kalangan yang pro dan kontra terhadap “salafiah”. Orang-orang yang pro-salafiah - baik yang sementara ini dianggap orang dan menamakan dirinya demikian, atau yang sebagian besar mereka benar-benar salafiyah - telah membatasinya dalam skop formalitas dan kontroversial saja, seperti masalah-masalah tertentu dalam Ilmu Kalam, Ilmu Fiqh atau Ilmu Tasawuf. Mereka sangat keras dan garang terhadap orang lain yang berbeda pendapat dengan mereka dalam masalah-masalah kecil dan tidak prinsipil ini. Sehingga memberi kesan bagi sementara orang bahwa manhaj Salaf adalah metoda “debat” dan “polemik”, bukan manhaj konstruktif dan praktis. Dan juga mengesankan bahwa yang dimaksud dengan “Salafiah” ialah mempersoalkan yang kecil-kecil dengan mengorbankan hal-hal yang prinsipil. Mempermasalahkan khilafiah dengan mengabaikan masalah-masalah yang disepakati. Mementingkan formalitas dan kulit dengan melupakan inti dan jiwa.

Sedangkan pihak yang kontra-salafiah menuduh faham ini “terbelakang”, senantiasa menoleh ke belakang, tidak pernah menatap ke depan. Faham Salafiah, menurut mereka, tidak menaruh perhatian terhadap masa kini dan masa depan. Sangat fanatis terhadap pendapat sendiri, tidak mau mendengar suara orang lain. Salafiah identik dengan anti pembaruan, mematikan kreatifitas dan daya cipta. Serta tidak mengenal moderat dan pertengahan.

Sebenarnya tuduhan-tuduhan ini merusak citra salafiah yang hakiki dan penyeru-penyerunya yang asli. Barangkali tokoh yang paling menonjol dalam mendakwahkan “salafiah” dan membelanya mati-matian pda masa lampau ialah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah beserta muridnya Imam Ibnul-Qoyyim. Mereka inilah orang yang paling pantas mewakili gerakan”pembaruan Islam” pada masa mereka. Karena pembaruan yang mereka lakukan benar-benar mencakup seluruh disiplin ilmu Islam.

Mereka telah menumpas faham “taqlid”, “fanatisme madzhab” fiqh dan ilmu kalam yang sempat mendominasi dan mengekang pemikiran Islam selama beberapa abad. Namun, di samping kegarangan mereka dalam membasmi “ashobiyah madzhabiyah” ini, mereka tetap menghargai para Imam Madzhab dan memberikan hak-hak mereka untuk dihormati. Hal itu jelas terlihat dalam risalah “Raf’l - malaam ‘anil - A’immatil A’lam” karya Ibnu Taimiyah.

Demikian gencar serangan mereka terhadap “tasawuf” karena penyimpangan-penyimpangan pemikiran dan aqidah yang menyebar di dalamnya. Khususnya di tangan pendiri madzhab “Al-Hulul Wal-Ittihad” (penyatuan). Dan penyelewengan perilaku yang dilakukan para orang jahil dan yang menyalahgunakan “tasawuf” untuk kepentingan pribadinya. Namun, mereka menyadari tasawuf yang benar (shahih). Mereka memuji para pemuka tasawuf yang ikhlas dan robbani. Bahkan dalam bidang ini, mereka meninggalkan warisan yang sangat berharga, yang tertuang dalam dua jilid dari “Majmu’ Fatawa” karya besar Imam Ibnu Taimiyah. Demikian pula dalam beberapa karangan Ibnu-Qoyyim. Yang termasyhur ialah “Madarijus Salikin syarah Manazil As-Sairin ila Maqomaat Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in”, dalam tiga jilid.

Mengikut Manhaj Salaf Bukan Sekedar Ucapan Mereka

Yang perlu saya tekankan di sini, mengikut manhaj salaf, tidaklah berarti sekedar ucapan-ucapan mereka dalam masalah-masalah kecil tertentu. Adalah suatu hal y ang mungkin terjadi, anda mengambil pendapat-pendapat salaf dalam masalah yang juz’i (kecil), namun pada hakikatnya anda meninggalkan manhaj mereka yang universal, integral dan seimbang. Sebagaimana juga mungkin, anda memegang teguh manhaj mereka yang kulli (universal), jiwa dan tujuan-tujuannya, walaupun anda menyalahi sebagian pendapat dan ijtihad mereka.

Inilah sikap saya pribadi terhadap kedua Imam tersebut, yakni Imam Ibnu Taimiyah dan Ibnul-Qoyyim. Saya sangat menghargai manhaj mereka secara global dan memahaminya. Namun, ini tidak berarti bahwa saya harus mengambil semua pendapat mereka. Jika saya melakukan hal itu berarti saya telah terperangkap dalam “taqlid” yang baru. Dan berarti telah melanggar manhaj yang mereka pegang dan perjuangkan sehingga mereka disiksa karenanya. Yaitu manhaj “nalar” dan “mengikuti dalil”. Melihat setiap pendapat secara obyektif, bukan memandang orangnya. Apa artinya anda protes orang lain mengikut (taqlid) Imam Abu Hanifah atau Imam Malik, jika anda sendiri taqlid kepada Ibnu Taimiyah atau Ibnul-Qoyyim

Juga termasuk menzalimi kedua Imam tersebut, hanya menyebutkan sisi ilmiah dan pemikiran dari hidup mereka dan mengabaikan segi-segi lain yang tidak kalah penting dengan sisi pertama. Sering terlupakan sisi Robbani dari kehidupan Ibnu Taimiyah yang pernah menuturkan kata-kata: “Aku melewati hari-hari dalam hidupku dimana suara hatiku berkata, kalaulah yang dinikmati ahli syurga itu seperti apa yang kurasakan, pastilah mereka dalam kehidupan yang bahagia”.

Di dalam sel penjara dan penyiksaannya, beliau pernah mengatakan: “Apa yang hendak dilakukan musuh terhadapku? Kehidupan di dalam penjara bagiku merupakan khalwat (mengasingkan diri dari kebisingan dunia), pengasingan bagiku merupakan rekreasi, dan jika aku dibunuh adalah mati syahid”.

Beliau adalah seorang laki-laki robbani yang amat berperasaan. Demikian pula muridnya Ibnul-Qoyyim. Ini dapat dirasakan oleh semua orang yang membaca kitab-kitabnya dengan hati yang terbuka.

Namun, orang seringkali melupakan, sisi “dakwah” dan “jihad” dalam kehidupan dua Imam tersebut. Imam Ibnu Taimiyah terlibat langsung dalam beberapa medan pertempuran dan sebagai penggerak. Kehidupan dua tokoh itu penuh diwarnai perjuangan dalam memperbarui Islam. Dijebloskan ke dalam penjara beberapa kali. Akhirnya Syaikhul Islam mengakhiri hidupnya di dalam penjara, pada tahun 728 H. Inilah makna “Salafiah” yang sesungguhnya.

Bila kita alihkan pandangan ke zaman sekarang, kita temukan tokoh yang paling menonjol mendakwahkan “salafiah”, dan paling gigih mempertahankannya lewat artikel, kitab karangan dan majalah pembawa missi “salafiah”, ialah Imam Muhammad Rasyid Ridha. Pem-red majalah “Al-Manar’ yang selama kurun waktu tiga puluh tahun lebih membawa “bendera” salafiah ini, menulis Tafsir “Al-Manar” dan dimuat dalam majalah yang sama, yang telah menyebar ke seluruh pelosok dunia.

Rasyid Ridha adalah seorang “pembaharu” (mujaddid) Islam pada masanya. Barangsiapa membaca “tafsir”nya, sperti : “Al-Wahyu Al-Muhammadi”, “Yusrul-Islam”, “Nida’ Lil-Jins Al-Lathief”, “Al-Khilafah”, “Muhawarat Al-Mushlih wal-Muqollid” dan sejumlah kitab dan makalah-makalahnya, akan melihat bahwa pemikiran tokoh yang satu ini benar-benar merupakan “Manar” (menara) yang memberi petunjuk dalam perjalanan Islam di masa modern. Kehidupan amalinya merupakan bukti bagi pemikiran “salafiah”nya.

Beliaulah yang merumuskan sebuah kaidah “emas” yang terkenal dan belakangan dilanjutkan Imam Hasan Al-Banna. Yaitu kaidah :

“Mari kita saling bekerja sama dalam hal-hal yang kita sepakati. Dan mari kita saling memaafkan dalam masalah-masalah yang kita berbeda pendapat.”

Betapa indahnya kaidah ini jika dipahami dan diterapkan oleh mereka yang meng-klaim dirinya sebagai “pengikut Salaf”.

____________________________

(disalin dari buku “Aulawiyaat Al Harokah Al Islamiyah fil Marhalah Al Qodimah” karya Dr.Yusuf Al Qordhowi, edisi terjemahan Penerbit Usamah Press)

al-Qaradhawi : Siapa kata Assyaerah sesat

Penulis: Khairol Amin (Kamin), Panel www.al-ahkam.net - kaminms@gmail.com
Disusun semula & diedit bahasa dari ruangan soal-jawab dengan izin penulis oleh: Abu Ismail - fathi_ali1427h@yahoo.com

Aqidah Assyaerah dikaitkan pengasasnya Abu Hasan Assya'ri, yang sebelum itu berpegang kepada aqidah Muktazilah, dan selepasnya mengikut fahaman Ahli Sunnah wa al-Jamaah pada peringkat akhir hidupnya, sebagaimana didapati dalam salah satu buku terakhirnya al-Ibanah. Ia diasaskan dengan kaedah beriman dengan Sifat Allah yang sesuai dengan dirinya, takwil maknanya, dan melarang sesuatu menyerupainya. Aqidah ini diterima ramai dikalangan orang Islam.

Perselisihan yang timbul adalah berkenaan dengan mengtakwil sifat-sifat Allah swt, Dikaitkan perselisihan diantara Aqidah Salaf dan Aqidah Khalaf. Apakah mereka ini sesat atau kafir? Syeikh Dr Yusuf al-Qaradhawi mengatakan bahawa :

" walaupun saya cenderung kepada pandangan salaf mengenai isu sifat, tetapi saya tidak mengkafir, menyesatkan dan menganggap kaum Khalaf sebagai berdosa kerana melakukan takwil. Sesungguhnya khilaf itu berpunca didalam isu bahasa arab dan memahami nas-nas Quran dan Sunnah''

Bagi al-Qaradhawi, tidak dipertikaikan, bahawa ulama'-ulama' yang melakukan takwil merupakan mereka yang tidak diragukan keikhlasan dan nasihat mereka, kerana Allah dan Rasulnya.,Mereka beriman dengan sifat Allah yang Maha Sempurna dan Suci dari segala kekurangan. Mereka beriman dengan Nabi-Nabi, Hari Akhirat dan al-Quran sebagai firman Allah yang tidak ada kebatilan. Oleh itu, berdasarkan ilmu, jtihad dan pemahaman mereka terdapat bidang aqidah, maka tidak pelik mereka berbeza pandangan tentang hal itu.,

Kata al-Syiekh lagi, setiap orang yang berilmu yang melakukan ijtihad dalam agama Allah dan mencari kebenaran. Ijtihad adalah perkara yang maklum didalam agama Islam. Mereka akan memperolehi satu atau dua pahala. Satu pahala jika dia tersilap, dan dua pahala jika mereka benar, Tidak ada permasalahan ilmiyyah dan amaliyyah, serta perkara usuliyyah dan furu'iyah. Sebagaimana pekara tersebut telah dijelaskan oleh Ibn Taimiyyah, Ibn Qayyim dan lain-lain.

Selanjutnya syiekh menyebut bahawa perbezaan ini bukanlah sesuatu yang sangat besar sebagaimana yang digambarkan.

Syiekh Faizal al-Moulawi, Naib Pengerusi Majlis Fatwa Eropah kita ketika ditanya mengenai pandangan al-Qardhawi terhadap Asyaerah, beliau mengatakan :


أمّا أستاذنا الشيخ يوسف القرضاوي فهو كما نعلم على عقيدة السلف التي تقوم على الإيمان بصفات الله التي وصف بها نفسه بغير تأويل ولا تعطيل. وهو لا ينكر عقيدة الأشاعرة، بل يعتبرها صحيحة مقبولة إن شاء الله، لكن عقيدة السلف أصحّ منها.

"Bagi Ustaz kami, al-Syiekh al-Qardhawi dia sebagaimana yang kami tahu berpegang kepada aqidah salaf yang berdiri diatas beriman kepada sifat-sifat Allah, sebagaimana dia mensifatkan diriNya, tanpa Takwil dan Ta'thil. Dia tidak menginkari Aqidah Asyaerah, bahkan aqidahnya masih dianggap sahih diterima Allah, Insya-Allah. Akan tetapi aqidah salaf bagi beliau adalah lebih benar". [rujuk Fatwa IslamOnline]

Dua manhaj ini berbeza dari segi pengistilahan dan pentafsiran kepada al-Quran dan Sunnah Nabi . Kumpulan Asyaerah sudah banyak berjuang dalam membersihkan sifat-sifat Allah dari ahli-ahli kalam dan falsafah pada zaman itu. Ini merupakan pandangan dan ijitihad masing-masing. Yang amat ditegah adalah berlebih-lebihan dalam mentakwilkan sifat-sifat Allah berdasarkan akal fikiran mereka.


Tidak ada perbezaan yang besar diantara Khalaf dan Salaf

Syiekh Rashid Ridha menjelaskan bahawa sebenarnya tidak wujud permasalahan pun dalam aqidah ini. Bagi beliau, nama-nama dan sifat-sifat yang Allah nyatakan, adalah istilah-istilah yang digunakan oleh Makhluk. Sebabnya jika Allah SWT melafazkan sifat-sifatnya dalam bentuk khusus, nescaya ia sedikitpun tidak akan difahami oleh manusia.

Menurut al-Qaradhawi, permasalahan ini perlu dilihat dengan teliti dan penuh kesabaran, tanpa melakukan keputusan atau tindakan yang tergesa-gesa. Bagi beliau, jika dilihat perbahasan yang dibuat oleh ahli tahqiq, bahawasanya terdapat DUA persamaan penting didalam dua aqidah ini:-

Pertama:

Dua golongan yang disebut adalah kaum SALAF dan kaum KHALAF, ahli Hadith dan ahli Kalam, ia itu orang yang melakukan TAFWIDH dan TAKWIL, atau boleh dikatakan mereka yang melakukan ITSBAT dan TAKWIL berasaskan MEMBESARKAN, MEMULIAKAN dan MENSUCIKAN ALLAH. Allah memiliki sifat sempurna yang memang layak baginya, serta tidak memiliki sifat-sifat kekurangan yang tidak layak baginya.

Kedua-dua golongan ini berpendapat bahawa sikap ini adalah aqidah yang sebenar! Tidak diragui dan tidak diperselisihkan.

Mengambil Ijtihad dan tujuan Mensucikan Allah dalam sifat-sifatnya, maka mereka MENAFIKAN sifat-sifat tersebut. Mereka membersihkan sifat Allah dari perkara-perkara yang tidak berasal dari Islam, baik dari pengaruh agama lain dan pemikiran falsafah.

Ahli-Ahli hadith atau kaum salaf mendahulukan kaedah pengagungan kepada Allah SWT, al-Quran dan hadith-hadith Nabi SAW. Mereka membiarkan hal demikian sesuai dengan sebagaimana Allah mensifatkan dirinya.

Ahli Kalam pula mendahulukan kaedah pengagungan pensucian dan menafikan penyerupaan kepada Allah swt, dengan cara melakukan takwil. Mereka ingin menafikan segala kekurangan den penyerupaan terhadap Allah SWT.

Kedua:

Jika dilihat secara mendalam, kedua-dua pihak ini melakukan TAKWIL. Cuma bezanya, ahli hadith melakukan TAKWIL IJMALI dan ahli kalam melakukan TAKWIL TAFSHILI.

Contohnya didalam ayat al-Quran yang menyetakan tentang tangan-tangan Allah swt eg:

- "Tangan Allah diatas tangan mereka" [al-Fath : 10]

- "Padahal, kedua tangan Allah terbuka" [al-Maa'idah : 64]

- "Yang telah kuciptakan dengan kedua tanganKu" [Shaad :75]

Kaum Salaf menjelaskan bahawa : Allah mempunyai tangan tetapi tidak sama dengan tangan kita. Ini merupakan satu bentuk takwil. Sebab apa yang difahami menurut bahasa arab bahawa 'tangan' adalah sebahagian dari anggota badan, Jika tangan tersebut dinafikan, dan Tangan Allah tidak sama dengan tangan makhluk, maka tidak dapat tidak ia merupakan satu keadah takwilan, atau TAKWIL IJMALI yang tidak disebut sebagai takwil.

Ahli takwil misalnya melarang manusia mengatakan Allah di langit kerana ingin mensucikan sifat-sifat Allah SWT. Begitu juga ahli hadith melarang mempersoalkan makna "Allah di atas langit" dengan bermaksud beriman dengan sifat Allah sebagaimana ia mensifatkan dirinya. Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim mengatakan bahawa ARAH (di atas, kiri, kanan, bawah) membawa maksud dinisbahkan, dan bukan hakikat, Ini juga yang di maksudkan takwilan dari aspek yang berlainan. WA.

Syiekh al-Qaradhawi menyatakan bahawa manhaj takwil merupakan anutan jumhur umat Islam. Mereka melakukan takwil sesuai dengan kehendak akal, dan bukan sebab mereka kurang pengetahuan agama. Dikalangan mereka merupakan Imam-Imam yang terbilang didalam agama Islam. Mereka ini terdiri dari pengikut Asya'ari, pengikut Imam Malik, pengikut Imam al-Syafie, beberapa dikalangan pengikut Mathuridiyyah dan juga Imam Hanafi. Begitu juga dengan kebanyakkan mufassirin (ahli tafsir) merupakan ahli takwil; termasuklah al-Qurthubi. al-Baidhawi, al-Alusi, Sayid Qutb, al-Maraghi, al-Syabuni dan ramai lagi.

Bahkan al-Qaradhawi berpendapat bahawa Ibn Jarir al-Thabari dan Ibn Kathir melakukan takwil kepada beberapa ayat-ayat sifat.

al-Qaradhawi memilih penggunaan takwil jika tafsirannya hampir dan boleh diterima pakai. Pendapat demikian dipilih oleh Ibn Abdissalam dan Ibn Daqiq Al-Id. Mereka akan memilih pandangan salaf jika takwil itu tidak sampai dan tidak boleh diterima.
Lebih-lebih lagi pada zaman sekarang, takwil seperti ini diperlukan apabila melakukan penterjemahan al-Quran kepada bahasa-bahasa selain daripada Arab. Ada pengistilahan yang tidak boleh didiamkan lebih-lebih lagi kepada orang asing yang memerlukan penjelasan.

Beberapa Contoh Takwil dari kaum Salaf [imam Ibn Katsir]:
Berikut adalah beberapa contoh beberapa penggunaan takwil yang dilakukan oleh Ibn Kathir rh.

1. Maksud TANGAN :-
a. Firman Allah swt :-

قُلْ إِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ

"...Katakanlah (wahai Muhammad): Sesungguhnya limpah kurnia itu adalah di tangan Allah,..." [Aa-Imran : 73].


Berkata Ibn Kathir :

أَيْ الْأُمُور كُلّهَا تَحْت تَصَرُّفه وَهُوَ الْمُعْطِي الْمَانِع يَمُنَّ عَلَى مَنْ يَشَاء بِالْإِيمَانِ وَالْعِلْم وَالتَّصَرُّف التَّامّ وَيُضِلّ مَنْ يَشَاء فَيُعْمِي بَصَرَهُ وَبَصِيرَته وَيَخْتِم عَلَى قَلْبه وَسَمْعِهِ وَيَجْعَل عَلَى بَصَره غِشَاوَة وَلَهُ الْحُجَّة التَّامَّة وَالْحِكْمَة الْبَالِغَة .

"Maksudnya semua perkara dibawah perlaksanaannya, dia menahan dan memberi kepada sesiapa yang dia kehendaki, dengan Iman dan Ilmu dan seluruhan perlaksanaannya kepada sesiapa yang dia kehendaki, menyesatkan, membutakan penglihatan, menutup hati dan pendengaran, dan menjadikan penglihatan mereka kelabu, dan kepadanya yang mempunyai hujah yang sempurna dan hikmah yang agung"

b. Firman Allah swt :-

وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ

"Dan orang-orang Yahudi itu berkata: "Tangan Allah terbelenggu" " [al-Maaidah : 64]

Berkata Ibn Kathir :

وَقَالَ عَلِيّ بْن أَبِي طَلْحَة : عَنْ اِبْن عَبَّاس قَوْله وَقَالَتْ الْيَهُود يَد اللَّه مَغْلُولَة قَالَ لَا يَعْنُونَ بِذَلِكَ أَنَّ يَد اللَّه مُوثَقَة وَلَكِنْ يَقُولُونَ بَخِيل يَعْنِي أَمْسَكَ مَا عِنْده بُخْلًا تَعَالَى اللَّه عَنْ قَوْلهمْ عُلُوًّا كَبِيرًا

''Berkata Ali bin Abi Thahah : dari Ibn Abbas, (Firman Allah) - "Dan orang-orang Yahudi itu berkata: "Tangan Allah terbelenggu" , dia berkata bahawa tidak bermaksud tangan Alah terbelenggu, akan tetapi BAKHIL, yakni dia menahan dari memberi perkara yang dia miliki (dia bakhil), Maha Suci Tuhan dari perkataan mereka dengan setinggi-tingginya"
2. maksud DEKAT.

a. Firman Allah swt :-

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

"Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, " - [Qaf : 16]

Berkata Ibn Kathir rh :-

يَعْنِي مَلَائِكَته تَعَالَى أَقْرَبُ إِلَى الْإِنْسَان مِنْ حَبْل وَرِيده إِلَيْهِ وَمَنْ تَأَوَّلَهُ عَلَى الْعِلْم فَإِنَّمَا فَرَّ لِئَلَّا يَلْزَمُ حُلُولٌ أَوْ اِتِّحَادٌ وَهُمَا مَنْفِيَّانِ بِالْإِجْمَاعِ تَعَالَى اللَّهُ وَتَقَدَّسَ وَلَكِنَّ اللَّفْظ لَا يَقْتَضِيه فَإِنَّهُ لَمْ يَقُلْ وَأَنَا أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْل الْوَرِيد وَإِنَّمَا قَالَ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْل الْوَرِيد

"Maksudnya MALAIKAT lebih dekat kepada manusia dari urat lehernya, dan jika seseorang mentakwil dengan ilmu maka dia telah terselamat (escape) dari tidak melakukan HULUL (kesatuan/union) atau ITTIHAAD. Kedua konsep ini DITOLAK secara total dengan KETINGGIAN dan KESUCIAN Allah, akan tetapi Lafaz juga tidak menunjukkan perkara tersebut, dia (Allah) tidak mengatakan : Aku lebih dekat padanya dari urat leher mereka, tetapi lebih dekat padanya dari urat leher mereka". Perkataan kami di takwilkan kepada malaikat. Begitu juga dengan surah al-Waqi'ah ayat 85, beliau menyebut bahawa sebagaimana Ibn Taimiyah mentafsirkan kami sebagai malaikat.

3. maksud BERSAMA :-

a. Firman Allah swt :-

قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى

"Allah berfirman: Janganlah kamu takut, sesungguhnya Aku ada bersama-sama kamu; Aku mendengar dan melihat segala-galanya. "

Berkata Ibn Kathir :-

أَيْ لَا تَخَافَا مِنْهُ فَإِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَع كَلَامكُمَا وَكَلَامه وَأَرَى مَكَانكُمَا وَمَكَانه لَا يَخْفَى عَلَيَّ مِنْ أَمْركُمْ شَيْء وَاعْلَمَا أَنَّ نَاصِيَته بِيَدِي فَلَا يَتَكَلَّم وَلَا يَتَنَفَّس وَلَا يَبْطِش إِلَّا بِإِذْنِي وَبَعْد أَمْرِي وَأَنَا مَعَكُمَا بِحِفْظِي وَنَصْرِي وَتَأْيِيدِي

"ia itu : kamu berdua yang takut, kerana sesungguhnya Aku bersama kamu mendengar perkataan kamu dan perkataannya, dan melihat tempat kamu dan tempatnya, Tidak ada sesuatu yang lupt dariKu, dan ketahuilah bahawa ubun-ubunnya berada ditanganKu, maka tidak akan berkata-kata, bernafas, kekuatan, melainkan dengan izinku serta pemerintahanku, dan aku bersama kamu menjaga, memberi pertolongan dan menyokong kamu"

b. Firman Allah swt :-

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ

"Dia tetap bersama-sama kamu di mana sahaja kamu berada" [surah al-Hadid : 4]

Berkata Ibn Kathir :-

أَيْ رَقِيب عَلَيْكُمْ شَهِيد عَلَى أَعْمَالكُمْ حَيْثُ كُنْتُمْ وَأَيْنَمَا كُنْتُمْ

"iaitu di menguasai kamu didalam pekerjaan kamu dimana sahaja kamu dan dimana sahaja kamu berada"

Bersama disini membawa maksud pengawasan Allah terhadap manusia.


Demikian merupakan beberapa petikan yang diambil dari buku al-Qardhawi yang merujuk kepada tafsir Ibn Kathiri aitu Tafsir al-Quran al-Azhim, yang jelas menunjukkan Ibn Kathir yang bermanhaj salaf ada mentakwil ayat al-Quran, dan boleh diterima pakai penakwilannya.

Sekian, wassalam
Mohd Khairol Amin

Rujukan penulis:

1. Syiekh Dr. Yusuf al-Qaradhawi. Fushul fi al-Aqidati baina al-Salafi wa al-Khalafi. Kaherah : Maktabah Wahbah, 2005. ms 144-148.

2. al-Qaradhawi dan Aysaerah- القرضاوي والأشاعرة
http://www.islamonline.net/

Tuesday, November 11, 2008

Allah Berada Di Atas Arsy?

Utusan Malaysia

Kemusykilan anda dijawab
MOHD YUSOF ABAS

SOALAN:
Ada kawan saya cuba memperkenalkan akidah Ibnu Taimiah yang mengatakan Allah berada di atas Arasy (saperti mana firman Allah SWT dalam Surah Taha ayat 5). Bolehkah tuan jelaskan maksud sebenar ayat tersebut?

- Jawahir Samat, Kulai, Johor.

JAWAPAN:
Apa yang ditimbulkan oleh kawan anda itu hanyalah kekeliruan yang sengaja dibawa oleh mereka yang berpenyakit hatinya. Ini seperti yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam firmannya yang bermaksud: "Adapun mereka yang ada penyakit zaigh (hati busuk) dalam hatinya, mereka sengaja mengikut-ikuti apa yang kesamaran dari ayat mutasyabih tersebut, kerana mencari fitnah dan mencari takwelnya sendiri (mengikut fikirannya sendiri)" (Surah Ali Imran ayat 7). Mereka tahu bahawa suatu perkataan (kalimah) yang mutasyabih itu mengandungi makna yang banyak, ada yang sesuai seperti ayat muhkam yang lain tetapi mereka berdegil tidak mahu menerima makna yang jelas tersebut. Mereka ingin menerima makna yang samar juga, pada hal makna yang tidak samar itu pun adalah makna (majaz) bagi kalimah yang mutasyabih tersebut.

Itulah sebenarnya tanda hati kawan anda yang berpenyakit tadi. Bagi kita sesuai dengan kedudukan seseorang itu harus dia menerima sebarang makna yang sesuai dan layak dengan kesucian dan kebesaran Allah, apa lagi makna dan sifat tersebut dijelaskan Allah dalam ayat (muhkam) dari Quran-Nya sendiri. Sedangkan makna bersemayam itu membawa kesamaran yang memberi faham Tuhan menyerupai makhluk-Nya dan ini adalah suatu pembohongan kerana bagaimana Allah yang qadim (tiada permulaan dan tiada pengakhiran) itu boleh berada atas arasy yang baru dan tidak wujud lagi, kerana kalam Tuhan itu qadim sebelum adanya sesuatu yang baru dari makhluk. Ini adalah kedangkalan yang nyata dari fahaman dan pemikiran mereka. Wallahualam.



* Aku amat-amat tidak setuju dengan jawapan yg diberikan oleh MOHD YUSOF ABAS, sungguh tidak patut sekali penerangan yg diberikan oleh beliau sebagai orang yg berilmu.

* Memang sukar untuk seseorang itu jika tidak dapat membezakan fahaman iktikad al-Jahmiyyah dengan iktikad Ahli Sunnah Wal Jamaah.

* Sedangkan Allah istiwaa(bersemayam) diatas Arsy merupakan iktikad Ahli Sunnah Waljamaah dan yg mengubah maksud/menta'wilkan maksud istiwaa kepada Istawla merupakan fahaman al-Jahmiyyah yg sesat lg menyesatkan.

"Mereka(Ahli Sunnah Wal Jamaah) tidak menta’wil ISTIWAA/ISTAWAA dengan ISTAWLA yang artinya : Berkuasa. Seperti halnya kaum Jahmiyyah dan yang sefaham dengan mereka yang mengatakan ”Allah istiwaa di atas ‘Arsy” itu maknanya : Allah menguasai ‘Arsy !. Bukan Dzat Allah berada di atas langit yakni di atas ‘Arsy-Nya, karena Allah berada dimana-mana tempat !?… Mereka ini telah merubah perkataan dari tempatnya dan telah mengganti perkataan yang tidak pernah dikatakan Allah kepada mereka sama seperti kaum Yahudi (baca surat Al-baqarah : 58-59).

* Lihat, baca dan fahami ulasan yg diberikan oleh sahabat kita Abu Usamah Mohd Masri bin Mohd Ramli yg lebih berilmiah dan diyakini, bukan hanya dengan mengatakan seseorang itu hati berpenyakit.

http://the-authenthic.blogspot.com/2008/11/allah-berada-di-atas-arsy.html

Monday, November 10, 2008

Kem Remaja Bestari Solat keArah Bina Insan Bertaqwa

DARUL QURAN BANDAR SUNWAY

- Program Musim Cuti Sekolah -

Mempersilakan Tuan/Puan untuk memenuhkan musim cuti remaja dengan

"Kem Bestari Solat keArah Bina Insan Bertaqwa"




KONSEP BERASRAMA DAN SEPENUH MASA BERIBDAT

TARBIAH ISLAM AM UNTUK REMAJA

(UMUR: 10 TAHUN HINGGA 15 TAHUN)

ASRAMA DI SEDIAKAN TERMASUK MAKAN MINUM

PROGRAM

- Qiamullail

- Bimbingan Solat, Latihan Azan/Iqqamat/Jadi Imam - Sessi kaunseling - Asas Fardu Ain - Kisah Anbia - Tajwid Al Quran - Tafsir Al Quran - Sunnah Nabi

Matalamat: 1. Menanam ruh solat dan pengaruh dalam kehidupan harian 2. Meninggkat kan insan robanni

Tarikh: 28 November 2008 hingga 30 November, 2008

Tempat:Darul Quran, Bandar Sunway,

Selangor No. 14A, Jalan PJS 10/32

Bandar Sri Subang 46000 Petaling Jaya

(Belakang Masjid Bandar Sunway bertentangan
dengan Sunway Lagoon)

Yuran:RM 120.00 (Makan,Minum,Nota dll)

Untuk maklumat lanjut sila hubungi:

- Ustaz Ismail Tel: 012-3617494,019-2662771

- Ustaz Nik Tel: 016-3558053, 012-2219811

Email: Ustaz

(TOLONG HEBAH KAN KEPADA KENALAN ANDA)

Sunday, November 09, 2008

Tips Menghadapi Gelojak Nafsu

INSAN TELADAN
Wahai para pemuda! Saya kemukakan dua contoh yang besar mengenai kesucian dan budi pekerti luhur, agar dapat diikuti dan diteladani:

i) Nabi Yusof ‘Alaihissalam adalah seorang pemuda yang masih remaja, tampan dan kacak. Seorang wanita jelita yang berpangkat telah menggodanya di dalam sebuah bilik yang tertutup. Dengan kata lain, jalan-jalan untuk melakukan perkara yang terkeji itu telah terbuka seluas-luasnya, seperti mana yang dihikayatkan oleh al-Quran:

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتْ الأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ
Maksudnya:
“Dan perempuan yang Yusuf tinggal di rumahnya, bersungguh-sungguh memujuk Yusuf berkehendakkan dirinya; dan perempuan itupun menutup pintu-pintu serta berkata: “Marilah ke mari, aku bersedia untukmu.”

Apakah pendirian Islam terhadap godaan seperti ini. Ia adalah fitnah yang mengabui pandangan?

Adakah jiwa Nabi Yusof ‘Alaihissalam menjadi lemah lalu berserah dan mengkhianati kehormatan yang diamanahkan kepadanya? Tidak sekali-kali, sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta‘ala telah berfirman:

قَالَ: مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Maksudnya:
“Yusuf menjawab: “Aku berlindung kepada Allah (dari perbuatan yang keji itu); sesungguhnya Tuhanku telah memeliharaku dengan sebaik-baiknya; sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan berjaya.”

Isteri pembesar itu telah cuba membuat tipu-daya dan perancangan jahat. Ia menggunakan segala apa yang ada padanya sama ada dengan cara menggoda atau mengancam untuk melembutkan kekerasan Nabi Yusof ‘Alaihissalam dan menurunkannya dari tahta kemulian. Akhirnya wanita itu mengisytiharkan kepada suatu kumpulan wanita dengan perasaan sempit dada dan amat marah:

وَلَقَدْ رَاوَدتُّهُ عَنْ نَفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ وَلَئِنْ لَمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونَ مِنَ الصَّاغِرِينَ
Maksudnya:
“Sebenarnya aku telah memujuknya berkehendakkan dirinya tetapi ia menolak dan berpegang teguh kepada kesuciannya; dan demi sesungguhnya kalau ia tidak mahu melakukan apa yang aku suruh tentulah ia akan dipenjarakan, dan akan menjadi dari orang-orang yang hina.”

Akan tetapi, pemuda yang bernama Nabi Yusof ‘Alaihissalam menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa ta‘ala secara total dengan memohon pertolongan dan perlindungan daripada Allah Subhanahu wa ta‘ala:

رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلاَّ تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنْ الْجَاهِلِينَ
Maksudnya:
“Wahai Tuhanku! Aku lebih suka kepada penjara dari apa yang perempuan-perempuan itu ajak aku kepadanya. Dan jika Engkau tidak menjauhkan daripadaku tipu daya mereka, mungkin aku akan cenderung kepada mereka, dan aku menjadi dari orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya.”

Itulah fitnah di antara hati seorang mukmin yang takutkan Allah dengan godaan dosa. Maka gagallah godaan dan menanglah keimanan.

ii) Seorang wanita pada zaman pemerintahan ‘Umar Ibn al-Khattab Radiallahu‘anhu, suaminya telah lama keluar pergi berjihad. Hati wanita itu amat merinduinya kerana tinggal bersendirian. Pelbagai bisikan mengancamnya. Darah kewanitaannya telah mulai memberontak. Keinginan nalurinya semakin memuncak. Tiada apa yang dapat menghalangnya dari melakukan perkara yang haram itu melainkan dinding keimanannya dan kesedaran pengawasan diri terhadap Allah. Pada suatu malam gelap gelita Saidina ‘Umar telah mendengar wanita itu bermadah:

لقد طال هذا الليل واسود جانبه
وأرقني ألا حبيب ألاعبه
فوالله لو لا الله تخشى عواقبه
لحرك من هذا السرير جوانبه
Maksudnya:
“Malam ini telah berpanjangan dan segenap penjurunya sangat gelap; namun amat menyedihkan aku kerana tiada kekasih yang dapatku bermanja dengannya.”
“Demi Allah, kalaulah tidak kerana takutkan balasan daripada Allah nescaya penjuru-penjuru katil ini akan bergoncang.”

Pada hari yang berikutnya, ‘Umar Radiallahu‘anhu menemui anak perempuannya Hafsah Ummul Mukminin seraya bertanya: “Berapa lamakah seorang isteri sanggup bersabar jika suaminya tiada di sisinya?” Beliau berkata: “Empat bulan”

Khalifah ‘Umar pun mengutuskan wakilnya kepada pemimpin-pemimpin tentera yang sedang berada di medan perang. Beliau menyuruh mereka agar tidak menghalang seorang tentera pun daripada berusua keluarganya lebih dari empat bulan.

Itulah fitnah di antara rasa ketakutan wanita mukminah kepada Allah dengan ransangan yang menarik kepada dosa dan maksiat. Akhirnya, ransangan itu tewas dan menanglah iman.

EMPAT PERKARA PILIHAN
Saya bawakan di sini kata-kata yang menarik oleh penulis agung Ustaz ‘Ali al-Tantawi. Ianya menggambarkan satu corak kesedaran Islam semasa kepada para pemuda. Suatu contoh yang unggul kepada orang yang mempunyai kefahaman yang mendalam dan ia adalah penawar yang menenangkan kerana terkandung di dalamnya kebenaran yang berhikmah dan pengajaran yang baik.

Beliau mengatakan di dalam risalahnya yang bertajuk: “Wahai Anakku”:-

Kenapa kamu menulis kepadaku secara tidak tegas dan malu-malu?

Adakah kamu menyangka kamu sahaja yang merasa kepanasan syahwat, dan tiada orang lain lagi yang meresa sedemikian?!

Tidak, wahai anakku, bertenanglah! Perkara yang engkau adukan bukanlah dialami oleh engkau sahaja, tetapi ia adalah penyakit yang menimpa semua orang muda. Sekiranya aku berpeluang menjampi untuk menghilangkan apa yang dialami oleh engkau, sedang engkau berusia tujuh belas tahun, sudah pasti telah lama aku menjampi mereka yang selain daripada engkau, sama ada mereka yang masih kecil atau telah besar. Malangnya, telah berlarutan gejala hilangnya dari mata mereka kelazatan rasa mengantuk, pelajar melarikan diri daripada pembelajaran, pekerja melarikan diri daripada pekerjaannya, dan peniaga melarikan diri daripada perniagaannya.

Apakah yang harus dilakukan oleh golongan muda dalam jangka usia seperti ini. Iaitulah usia membaranya api syahwat sehingga menggegarkan seluruh badan, yang membuatkan seseorang itu sentiasa resah dan gelisah.

Apakah yang mesti ia lakukan? Inilah masalahnya.

Sunnatullah dan tabiat diri mengatakan kepadanya: “Berkahwinlah.”

Manakala situasi masyarakat dan cara-cara pendidikan mengatakan: “Pilihlah salah satu daripada tiga perkara, semuanya adalah buruk. Awasilah yang keempat, janganlah kamu berfikir tentangnya; sedangkan ia adalah baik, iaitulah perkahwinan.”

i) Sama ada jiwa engkau melayani sangkaan-sangkaan yang tercetus dari naluri dan impian syahwat. Engkau memikirkannya berpanjangan, engkau menyuburkannya dengan cerita-cerita atau filem-filem lucah dan gambar-gambar pelacur. Semua itu menguasai diri, pendengaran dan penglihatan engkau. Ke mana sahaja engkau menjatuhkan pandangan, tiada lain yang engkau ternampak melainkan gambar-gambar yang menggoda dan menipu-daya. Ianya kelihatan di dalam buku ketika mana engkau membukanya. Ianya kelihatan di permukaan bulan ketika engkau memandangnya. Ianya kelihatan di ufuk merah, di kegelapan malam, di dalam mimpi sedar dan mimpi ketika tidur…

أريد لأنسى ذكرها فكأنما
تمثل لي بكل سبيل
Maksudnya:
“Aku ingin melupakannya dari ingatanku, tetapi ia menjelma kepadaku dengan pelbagai cara.”

Hal ini tidak berkesudahan sehinggalah ke peringkat berahi, gila seks dan mengidap penyakit jiwa.

ii) Ataupun kamu melakukan apa yang disebut sebagai ‘kebiasaan yang rahsia’ iaitulah melancap. Para ulama feqah dan penyair telah memperkatakan tentang perkara ini. Meskipun kesan buruknya paling ringan daripada tiga bahaya yang disebut di sini, jika seseorang itu melakukannya secara berlebih-lebihan ia akan merunsingkan diri, menyakitkan badan sehingga pemuda itu kelihatan seperti seorang yang sudah terlalu tua dan tersangat sedih, dan manusia akan melarikan diri daripadanya. Ia juga merasa takut untuk bertemu dengan orang, takut untuk hidup dan melarikan diri daripada cabaran hidup. Orang yang sebegini dianggap telah mati walaupun ia masih hidup.

iii) Ataupun kamu mendambakan diri di lembah kelazatan yang haram. Menyusuri jalan kesesatan. Bermalam di rumah pelacur. Merosakkan kesihatan, usia muda, masa hadapan dan agama dengan kelazatan yang palsu dan sementara. Dari itu, sijil yang ingin diperolehi gagal dicapai, tugas yang dicita-citakan gagal dilaksanakan, ilmu di dada pula tidak dapat ditambah. Tiada lagi faedah dari kekuatan dan usia muda yang ada untuk dijadikan bekal melaksanakan kerja sebagai manusia merdeka.

Dalam hal ini, janganlah kamu merasa telah puas. Tidak sekali-kali. Setiap kali kamu mendapat sesuatu yang kamu inginkan, kamu tamakkan suatu yang lain pula. Seperti orang yang minum air yang masin, ianya akan terus menambah dahaga. Sekiranya engkau telah berpuas dengan seribu wanita, kemudian kamu cintakan seorang lagi wanita lain, sedangkan ia ingin menjauhkan diri daripada engkau, nescaya engkaukan akan terus mengidamkannya dan merasa keperitan dengan kehilangannya, seperti apa yang dirasai oleh orang yang tidak pernah bertemu dengan wanita, walaupun sekali.

Seandainya engkau mendapat semua yang diidam-idamkan, engkau juga berkeupayaan dan mempunyai harta yang cukup, adakah jasad engkau terdaya melayani semuanya? Adakah kesihatan engkau berupaya menanggung segala tuntutan syahwat?

Pada saat itu, segala kekuatan jasad akan tersungkur. Berapa ramai mereka yang kuat perkasa dan telah menjadi jaguh dalam tinju, gusti, lontar jauh, lumba lari dan lain-lain; tewas setelah tunduk kepada syahwat dan terheret dengan ajakan naluri sehinggalah tiada lagi apa-apa kekuatan pada mereka.

Sesungguhnya di antara keajaiban hikmah Allah Subhanahu wa ta‘ala, setiap kebaikan diiringi dengan kebaikan dan kecergasan. Dan setiap kejahatan diiringi dengan kemunduran dan penyakit. Kemungkinan seorang yang tidak menjaga kesucian diri apabila menjangkau usia tiga puluh tahun, ia kelihatan seperti telah berusia enam puluh tahun. Manakala orang yang menjaga kesucian dirinya apabila menjangkau usia enam puluh tahun ia kelihatan seperti pemuda yang berumur tiga puluh tahun.

Antara pepatah orang Barat yang pernah kita dengar, sememangnya ia hak dan benar: “Sesiapa yang memelihara mudanya, maka tuanya akan memeliharanya.” Pepatah ini mengingatkan saya kepada apa yang telah diriwayatkan daripada salah seorang salafussoleh: “Kami telah memelihara anggota-angota ini pada waktu muda, maka Allah memeliharanya pada waktu tua.”

Saya merasakan seolah-olah anda berkata: “Ini adalah penyakit, apakah pula ubatnya?”

Ubatnya, ialah perlunya anda kembali kepada sunnatullah dan tabiat khusus pada sesuatu. Allah Subhanahu wa ta‘ala tidak mengharamkan sesuatu melainkan digantikan dengan suatu yang lain. Allah Subhanahu wa ta‘ala mengharamkan riba dan menghalalkan jual-beli. Allah mengharamkan zina dan menghalalkan perkahwinan. Maka, penawar yang sebenar ialah berkahwin.

Sekiranya, tidak mampu berkahwin, awasilah diri dengan menjaga kehormatan. Saya tidak ingin mengikat topik ini dengan istilah-istilah ilmu jiwa.


PERUMPAMAAN DIKEMUKAKAN OLEH SYEIKH ALI TANTAWI

Lihatlah cerek teh yang dipanaskan di atas api?!

Jika engkau menutup cerek itu dengan rapat lalu meletakkannya di atas api, nescaya wap panas yang terperangkap akan meledak. Sekiranya engkau menebuk lubang pada cerek itu, nescaya air akan meleleh keluar, akhirnya cerek akan terbakar. Apabila engkau sambungkan cerek itu dengan tangkai pemegang, ianya boleh dikawal dengan lebih elok dan selesa.

Keadaan pertama adalah perumpamaan orang yang menyembunyikan syahwat di dalam dirinya. Ia juga sentiasa berfikir dan termenung mengingatkannya.

Keadaan kedua adalah perumpamaan orang yang mengikut jalan yang sesat dan memuaskan dirinya dengan kelazatan yang haram.

Keadaan ketiga adalah perumpamaan orang yang menjaga kehormatan diri. Orang yang menjaga kehormatan diri ialah orang yang menghargai tenaga rohani, akal, hati dan jasadnya. Ia menggunakan segala kekuatan yang tersimpan sepenuhnya. Ia mengeluarkan tenaga yang ada untuk menuju kepada Allah, memperbanyakkan ibadat, membiasakan diri dengan pekerjaan dan menumpukan perhatian membuat kajian. Ia juga menggunakan tenaga jasadnya untuk aktif dalam melakukan latihan kesukanan dan juga latihan pendidikan agama.

Seseorang insan itu – wahai anakku – menyintai dirinya sendiri. Ia tidak mendahulukan orang lain daripada dirinya. Apabila ia berdiri di hadapan cermin dan melihat kebulatan dua belah bahunya, ketegapan dadanya, dan kekuatan dua tangannya; ia merasakan kekuatan tubuh-badannya yang setanding ahli sukan lebih ia sukai dari setiap jasad wanita. Ia tidak ingin mempersia-siakannya dengan menghilangkan kekuataan dan melemahkan otot-otot sehingga tinggal kulit dan tulang sahaja; demi kerana pemudi yang bermata hitam atau bermata biru.

Inilah ubatnya: Perkahwinan adalah penawar yang sempurna. Jika ia tidak mampu berkahwin, maka menjaga kehormatan diri adalah penawar sementara. Tetapi ia adalah penawar yang kuat, bermanfaat dan tidak memudharatkan.

Manakala apa yang diperkatakan oleh mereka yang lalai dan ahli perosak: Penawar penyakit masyarakat adalah membiasakan pergaulan bebas dua jenis jantina sehinggalah hilang ketajaman syahwat. Mereka mencadangkan supaya dibuka kelab-kelab awam agar tiada lagi rumah-rumah pelacur yang tersembunyi. Ini adalah ‘cakap kosong’. Kaum kuffar seluruhnya telah mencuba pergaulan bebas, tetapi tiada apa yan bertambah selain syahwat dan fasad. Sekiranya kita membenarkan kelab-kelab awam dibuka, ia perlu diperluaskan untuk semua golongan muda. Jika begitu, di bandar Kaherah sahaja perlu wujud sepuluh ribu pelacur. Kerana di Kaherah terdapat seratus ribu orang muda sekurang-kurangnya.

Sekiranya kita mengharuskannya kepada pemuda maka mereka tidak perlu lagi berkahwin. Apakah pula yang perlu dilakukan kepada pemudi? Adakah perlu kita membuka kelab-kelab awam yang terdapat di dalamnya pelacur-pelacur lelaki untuk mereka?

Demi Allah, itulah ‘cakap kosong’, wahai anakku!

Apa yang mereka luahkan itu bukanlah lahir dari akal tetapi dari bisikan hati. Mereka tidak ingin membaik-pulih akhlak, membangunkan kaum wanita, mengembangkan tamadun, membangkitkan semangat kesukanan dan membentuk kehidupan yang sempurna. Itu hanyalah ucapan yang diluahkan. Setiap hari direka lafaz yang baru. Ia menjadi momokan manusia hasil daripada propaganda yang mereka lakukan. Apa yang mereka mahukan hanyalah mengeluarkan anak-anak perempuan dan saudara-saudara perempuan kita agar jasad mereka yang zahir dan yang tersembunyi menjadi hidangan mata para pemuda. Seterusnya, mereka merasai keenakan yang halal dan haram. Para pemuda menemani para pemudi secara bersendirian ketika bermusafir. Mereka juga menginginkan kaum lelaki menghadiri majlis tari menari bersama kaum wanita di dalam pelbagai majlis. Sebahagian ibu bapa terpedaya dengan dakyah seperti ini, lalu menggadai maruah mereka agar dikenali sebagai orang yang bertamadun.

Oleh itu, kamu hendaklah berkahwin, wahai anakku. Sekiranya engkau masih lagi belajar dan tidak mempunyai kemampuan untuk berkahwin, maka berpegang-teguhlah kepada Allah dengan mentakutiNya, ‘menenggelamkan’ diri dengan ibadat, belajar, kesenian dan sukan. Ia adalah penawar yang terbaik.

Wahai pemuda dan pemudi!!

Inilah satu-satunya jalan penyelesaian bagi masalah seksual yang kamu hadapi. Berwaspadalah kamu dengan dakyah-dakyah yang dibuat oleh golongan yang mendakwa memperjuangkan kemajuan. Mereka menghias perkara mungkar dan mengindahkan maksiat. Mereka telah mengatakan: Sesungguhnya penyelesaian bagi masalah mendidik naluri ialah dengan pergaulan bebas sejak kecil atau memuaskan kehendak naluri dengan cara yang haram.

Sebenarnya mereka mengatakan suatu yang mereka sendiri tidak fahami dan berbangga dengan suatu yang mereka tidak ketahui. Tanpa disedari, mereka adalah pelaksana perancangan Yahudi dan Salib dan pakatan jahat Freemason dan Komunis. Mereka cuba menarik para pemuda dan pemudi di dalam masyarakat Islam ke kancah maksiat dan kebebasan mutlak. Untuk apakah mereka lakukan semua ini?

Mereka ingin menjauhkan pemuda Islam dari barisan-barisan pejuang dan panji-panji jihad.

Mereka ingin menundukkan kepala pemuda Islam kepada kekuasaan taghut dan zalim.

Mereka juga ingin pemuda Islam bertepuk tangan dan mengalu-alukan apa jua slogan yang dilaungkan, dan menerima pemerintahan mulhid (Tidak bertuhan) atau kufur terhadap Allah Subhanahu wa ta‘ala.

Mereka ingin menjadikan pemuda Islam sebagai binatang ternakan yang diseret dengan tongkat penguasa durjana.

Awasilah – wahai para pemuda – daripada dakyah-dakyah yang menipu ini. Bentengilah diri dengan kesabaran. Ikatlah hati kamu dengan Allah Subhanahu wa ta‘ala. Letakkan mahkota kemuliaan Islam di atas kepala kamu. Tolak secara total segala seruan kebebasan mutlak yang pincang dan keangkuhan mulhid. Dengarlah apa yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa ta‘ala di dalam al-Quran yang diturunkan:

وَلاَ تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
Maksudnya:
“Janganlah kamu menurut hawa nafsu suatu kaum yang telah sesat sebelum ini dan telah menyesatkan banyak manusia, dan juga (sekarang) mereka telah tersesat (jauh) dari jalan yang betul.”

PERUMPAMAAN DI DALAM SYAIR IMAM BUSAIRI

Siapakah kiranya yang dapat menolongku untuk mengawal keganasan nafsuku, seperti kuda yang garang itu dapat dikawal dengan tali hidungnya.

Maka janganlah engkau sekali-kali mengharapkan nafsu itu dapat dikalahkan dengan memperturut kehendaknya, bagaikan makanan tidak akan dapat memuaskan nafsu makan, bahkan ia akan ketagihan bila diberi makan.

Nafsu itu tak ubahnya seperti anak kecil yang masih menyusu. Kalau ia dibiarkan ia akan terus menyusu sampai ke tua. Tetapi jika engkau berhentikan, ia akan berhenti.

Maka kendalikanlah hawa nafsumu dan jangan diberikan kesempatan kepadanya untuk menguasai engkau, kerana jika ia berkuasa sudah pasti ia akan membuta dan menulikan.

Jagalah nafsumu baik-baik walaupun ia telah berlegardalam ruang ketaatan, kerana bila sudah menguasai suasana ia akan mengosongkan tujuan ketaatan. Maka janganlah engkau lengah dari mengawasinya.

Berapa banyak ia telah menipu orang. Ia menyajikan makanan yang kelihatannya segar, padahal di dalamnya ada racun yang membunuh. Bukankah racun itu selalunya diletakkan pada makan yang lemak-lemak (sedap).

Sumber : sapaanmakrifat.blogspot.com/2008/11/tips-menghadapi-gelojak-nafsu.html

Friday, November 07, 2008

Antara Cara-cara Mengajak Masyarakat Kepada Sunnah.

Oleh Ustaz Abu_Umair Panel Feqh Al-Ahkam.net

ِBismillah...

Sedikit pandangan,

- Seorang yang ingin mengubah masyarakat daripada amalan yang tidak bertepatan dengan sunnah kepada amalan yang sunnah, mestilah memulakan dengan dua sifat penting, ILMU dan HIKMAH. Tanpa dua sifat ini, dakwah tidak akan berjaya, malahan masyarakat semakin menjauhi pendakwah.

- Pendakwah mesti tahu, amalan yang dilakukan oleh masyarakat (seperti doa jamaie setiap selepas solat) mereka ambil daripada ustaz-ustaz yang mereka percayai. Maka bukan satu yang mudah untuk diubah selagi mereka tidak percayai dan tsiqah pada ilmu anda.

- Pendakwah juga mesti sedar bahawa melakukan perubahan secara drastik dalam amalan yang mereka lakukan puluhan tahun, boleh menyebabkan mereka benci kepada pendakwah, atau kepada sunnah. Jangan sampai ini terjadi.

- Tetapi hikmah dalam dakwah bukan juga bererti kita langsung tidak melakukan perubahan kepada sunnah, atau terlalu bertolak ansur hingga tidak berani menerangkan kebenaran. Sunnah mesti diterangkan, tetapi dengan cara yang boleh diterima, seperti sedikit demi sedikit.

- Jangan terlalu menonjolkan bahawa kita menyalahi mereka. Jika jemaah melakukan zikir jamaie, jangan terus bangkit dan keluar daripada surau. Tidak salah terus berada dalam majlis, tetapi berzikirlah bersendirian sebagaimana sunnah.

- Cari peluang untuk memberikan tazkirah, dan tumpukan kepada kepentingan mengikuti sunnah Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam, dan mengikuti sunnah para salaf. Jangan terus membidaahkan amalan mereka, atau radd kepada mana-mana ustaz.

- Rapatilah mereka yang berpengaruh seperti imam, AJK masjid dan tumpukan dakwah kepada mereka.

Wassalam
_________________

Sumber: Doa Ramai2 Tidak Bid'ah

Tuesday, November 04, 2008

Aku Sokong Ap Yg DiKATAKAN...

Sumber: Utusan Malaysia

KOTA BHARU 3 Nov. - Bekas Menteri Di Jabatan Perdana Menteri, Datuk Zaid Ibrahim mempertahankan kenyataannya bahawa formula berasaskan konsep ketuanan Melayu mempunyai unsur negatif yang melemahkan kaum itu dan bersifat perkauman.

Beliau bagaimanapun menegaskan, ia tidak bermaksud bahawa beliau mempersoalkan 'keistimewaan' orang Melayu dalam Perlembagaan seperti yang cuba digambarkan.

Apa yang sebenarnya, menurut Zaid, konsep itu mencerminkan orang Melayu hanya mahu menjadi 'tuan' tanpa mahu berusaha dan bertanggungjawab kepada diri sendiri.

''Seolah-olah orang Melayu ini mahu hak-hak tertentu serta penghormatan dan pengiktirafan tentang kebolehan mereka semata-mata kerana mereka orang Melayu.

''Ini pada saya bukan gambaran yang sebenar. Imej ini melemahkan orang Melayu sendiri. Ramai orang Melayu mahu penghormatan dan pengiktirafan tentang kejayaan mereka berasaskan kebolehan mereka.

'' Orang Melayu mempunyai kebolehan luar biasa dan tidak perlu untuk mengamalkan sikap 'angkuh' kononnya mereka mempunyai hak yang lebih daripada kaum lain," ujar beliau dalam kenyataannya di sini hari ini.

Zaid mengulas kenyataan beberapa pemimpin UMNO yang mengecam beliau di samping menuntutnya supaya memohon maaf kerana seolah-olah mengkhianati dan memburukkan bangsa sendiri serta melupakan sejarah perjuangan bangsa.

Zaid sebelum ini dilaporkan mendakwa konsep ketuanan Melayu adalah satu kegagalan yang membawa keburukan kepad kaum itu, malah menyebabkan berlaku pembaziran sumber, tenaga dan masa yang penting dalam menangani isu sebenar negara.

''Saya tidak terkejut dengan reaksi pemimpin UMNO seperti Datuk Seri Syed Hamid Albar, Tan Sri Muhammad Muhd. Taib dan Datuk Seri Dr. Shahidan Kassim mengenai kenyataan saya bahawa model atau formula berasaskan konsep ketuanan Melayu gagal menolong Melayu menuju kejayaan dan kecemerlangan dalam bidang ekonomi ataupun pelajaran.

''Mereka hanya mahu saya minta maaf sambil menghina kewibawaan dan kesetiaan saya kepada bangsa Melayu," ujarnya.

Katanya, punca masalah berkaitan soal ini ialah kalangan yang dianggapnya sebagai 'wira Melayu' seperti Syed Hamid tidak tahu membezakan di antara 'hak' dengan 'keistimewaan.'

''Mungkin juga kerana ini zaman pertandingan dalam UMNO, maka ramai yang bertanding jawatan Naib Presiden mahu mencari sokongan dengan memberi tafsiran sendiri terhadap apa yang saya utarakan," dakwanya.

Katanya, sebagai anak Melayu kampung dari golongan miskin, beliau ingin melihat bangsa Melayu maju dalam ekonomi dan pelajaran.

''Sebab itu saya mencadangkan model baru perlu diketengahkan iaitu model yang berteraskan persaingan terbuka, yang juga dapat memberi ruang supaya anak-anak Melayu boleh rapat dan bekerjasama dengan bukan sahaja kaum lain tetapi juga orang-orang dari negara luar.

''Resipi pembangunan ekonomi orang Melayu mesti lebih luas daripada apa yang diketengahkan oleh kumpulan ahli Majlis Tertinggi (MT) UMNO.

''Saya tidak perlu meminta maaf kepada Syed Hamid dan kawan-kawannya. Kepada orang Melayu, saya harap anda dapat membezakan di antara pemimpin yang benar-benar memikirkan kepentingan anda daripada pemimpin yang hanya menggunakan nama Melayu untuk kepentingan politik mereka," ujar beliau.

* Aku sokong ap yg diKATAKAN. Inilah bangsa ku, anak Melayu/bapak melayu hanya tahu berseronok, hingga lupa matlamat hidup. Islam dipermainkan dijadikan hanya sebagai alat untuk memuaskan nafsu. Kebenaran disembunyikan, itulah Melayu.(tidak semua begitu, tetapi majoritinya begitu^^)

* Apabila dinasihat>ditegur> tetap degil dan angkuh, tidak mahu menggunakan AKAL yg diberi tetapi lebih mahu memandu hawa nafsu sebagai hala tuju.

* Aku katakan ini bukan hanya kepada orang2 Umno, tetapi kepada semua orang MELAYU yg fanatik kepada sesuatu PARTI, sedangkan para pemimpin bijak,kebanyakkan para pengikut tuli... Juga tidak mahu menggunakan AKAL untuk memajukan diri, hanya tahu... "cukuplah ap yg ada...." maka jdlah pak turut kepada pemimpin, yg bersetuju ap sahaja......

Monday, November 03, 2008

Pesona Wanita Muslimah

Makhluk yang unik, indah dan menawan tidak lain dan tidak bukan ialah kaum wanita, mereka diciptakan dengan penuh keistimewaan dan keasyikkan. Saban waktu hidup mereka digambarkan bak bunga yang mekar mewangi di taman. Kelembutan, kecantikan dan kebaikan mereka selalu di dambakan oleh kaum lelaki kerana mereka ialah mahluk ciptaan Allah swt yang istimewa.




Perempuan atau wanita ialah salah satu daripada dua jantina bagi manusia; iaitu lelaki dan perempuan. Penggunaan perkataan "perempuan" dalam bahasa Melayu adalah khusus untuk manusia; bagi haiwan, jantinanya dirujuk sebagai betina.

Perkataan lain yang membawa erti perempuan adalah wanita, gadis, dara, betina. Faktor-faktor biologi bukannya penentu yang tunggal untuk memastikan adakah seorang itu dianggap sebagai perempuan. Sesetengah perempuan mempunyai perbezaan hormon atau kromosom yang abnormal (seperti hiperplasia andrenal kongenital, sindrom ketidaksensitifan androgen yang lengkap ataupun sebahagian, ataupun keadaan interseks yang lain), dan terdapatnya juga perempuan-perempuan yang, pada awal kehidupan mereka, tidak mempunyai fisiologi perempuan yang tipikal (perempuan transeksual).

Ciri-ciri seorang wanita

Allah swt befirman (dengan maksudnya ):
“Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. (Ali-Imran : 36)

Islam menetapkan seseorang manusia itu sebagai wanita apabila dia memiliki 2 sifat, iaitu mempunyai sifat fizikal sebagai wanita seperti mempunyai kemaluan wanita, buah dada serta lain-lain yang seumpamanya (hormon dan lain-lain) setelah dilahirkan (secara asal, bukan melalui pembedahan plastik atau pemasangan alat tiruan) dan kerana itu Islam melarang penyerupaan wajah atau perilaku di antara kedua-dua jantina tersebut.

Sabda rasulullah ; “Allah melaknat lelaki yang menyerupai wanita dan juga melaknat wanita yang menyerupai lelaki.” (Hadis diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Abu Dawud (4098); and Ahmad 2/325; dan Ibn Hibban (1904); dan lain-lain)

Manakala sifat yang kedua bukti seseorang itu merupakan wanita ialah apabila dia di datangi haid setelah baligh.

Diriwayatkan oleh Jabir ra bahawa Rasulullah s.a.w menemui Saidatina Aisyah r.a yang kebetulan sedang menangis. Baginda bertanya: Kenapakah dengan dirimu ini? Saidatina Aisyah menjawab: Aku haid sedangkan mereka semua sudah bertahalul. Aku belum lagi bertahallul dan Tawaf di Baitullah. Mereka sedang mengerjakan Haji. Rasulullah s.a.w bersabda: “Ini adalah sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah terhadap setiap anak perempuan Adam.” (Hadis sahih di dalam Sahih Muslim no. 2127)

Islam tidak memasukkan faktor perasaan dan kehendak hati sebagai pertimbangan untuk menetapkan jantina manusia dan hal ini merupakan penolakkan kepada golongan yang ingin menukar jantina mereka dengan alasan bahawa naluri mereka kononnya tidak bersama dengan jantina yang dimiliki.

Seorang yang memiliki sifat lelaki, sekalipun beliau mendakwa mempunyai naluri dan perasaan kewanitaan tetap tidak boleh menukar jantinanya di sisi Islam kerana perasaan, dorongan hati hanyalah permainan syaitan yang berlegar di ruang minda manusia semenjak kecil dan ramai yang terjebak oleh permainan hati dan perasaan yang dipandu oleh syaitan ini.

Mereka terpedaya, kononnya jiwa mereka terperangkap di dalam jasad yang salah sekaligus telah membuatkan mereka jatuh kufur dan murtad daripada agama apabila mendakwa tuhan tidak berlaku adil, tuhan tersilap di dalam meletakkan jiwa mereka dan tuhan sebenarnya tercuai di dalam pengawasannya terhadap kelahiran mereka apabila dikeluarkan ke muka bumi melalui jasad yang salah.

Allah swt befirman (dengan maksudnya) :
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Al-Baqarah : 255)

Allah swt befirman (dengan maksudnya) :
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Al-Mukmin : 57)

Demi tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan kebesarannya tanpa cuai, memasakkan bumi dan segala isinya dengan teguh untuk manusia tidak mungkin sama sekali cuai tetapi mereka telah disesatkan oleh syaitan dan hawa nafsu mereka.

Allah swt befirman (dengan maksudnya) :
“Sesungguhnya tidaklah mereka itu buta mata mereka tetapi sebaliknya yang buta itu ialah hati mereka.” (Al-Hajj : 46).

Sesungguhnya mata mereka telah dibutakan daripada melihat kebenaran tuhan dan kehidupan yang diciptakan. Mereka berkata kami tidak bernafsu kepada lawan jantina kami, katakanlah orang yang sakit juga tidak dapat bernafsu, kerana itu ubatilah dahulu penyakit yang bersarang di dalam hati, rawatilah kebutaan yang menebal di dalam diri, demi tuhan kamu akan melihat dan ketika itu kamu akan menyedari betapa tergiurnya kamu terhadap rahmat tuhan yang telah diciptakan-Nya.

Pesona Wanita Islam




Islam tidak melarang kecantikkan, keindahan dan hiburan, malah agama ini menyuruh umat-Nya supaya bersenang-lenang dan hidup dengan penuh aman damai. Kerana itu di dalam beberapa hadis baginda rasul sendiri ada menyebutkan bahawa baginda sangat sekali menyenangi wanita, bauan harum dan perkara-perkara yang menghiburkan keluarga.

Allah swt berfirman (dengan maksudnya) :
“Di hiasi di dunia itu (pada pandangan manusia) dengan kecintaan pada wanita.” (Ali Imran: 14)

Bahkan di dalam AlQuran, Allah swt menjanjikan kepada orang lelaki yang beriman dan beramal soleh dengan balasan bidadari sebagai menggalakkan mereka beribadah. Bidadari itu ialah wanita yang sempurna sifatnya dan teramat cantik jasadnya serta dipenuhi dengan segala ciri keperluan yang merupakan idaman kaum lelaki.

Allah swt berfirman (dengan maksudnya) :
“Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik.” (Ar-Rahman : 70)

Oleh yang demikian, tidak salah jika kita mengatakan bahawa wanita dunia yang mempesonakan itu haruslah sekurang-kurangnya memiliki ciri yang paling hampir dengan si bidadari.

Wanita pesona ialah wanita yang menjadi idaman semua dan merupakan impian setiap gadis dan wanita untuk mendapatkan kedudukan tersebut. Pesona bermaksud menawan dan menjadi pujaan para lelaki dan mendapat penghormatan daripada kaum sejenisnya sendiri.

Ada beberapa petua yang boleh kita pelajari bagi mendapatkan sebuah pesona buat diri.

Setelah puas menyelidiki buku-buku dan petua berkaitan wanita di dalam Islam dan sebagainya maka saya penuhi sedikit ruangan ini dengan catatan mengenai syarat menjadi wanita pesona yang saya temui :


Tidak bermakna cantik tetapi mesti lawa

Ramai akan menyangka bahawa wanita yang mempesonakan itu haruslah cantik dan menghairahkan tetapi telahan dan sangkaan itu ternyata agak silap. Bukan jasad cantik yang semua orang lelaki selalu cari tetapi mereka melihat kepada lawa.



Lawa bermaksud tidaklah buruk, tidak hodoh dan tidaklah tertolak tetapi seseorang itu dianggap lawa kerana disebabkan pemakaian dan cara penampilan imej seseorang yang menarik dan mampu memikat hati-hati dan mata yang melihat.

Pemakaian

Tentu anda biasa melihat wanita yang berkulit gelap, tidaklah memiliki potongan badan yang ramping tetapi dengan pakaian menutup aurat yang dipadankan ketubuhnya, berjubah labuh misalannya, bertudung litup dan warna pakaian yang bersesuaian dengan warna kulit, bedak yang lembut di muka dengan senyuman ikhlas di wajah wanita tersebut, maka apakah lelaki yang memandang tidak akan mengatakan dia itu lawa ?

Tidak lawa ? Pasti anda berbohong !

Lawa terhasil apabila wujud gabungan penampilan imej yang baik dengan pemakaian yang sesuai, menutup aurat dan menyelesakan pemakai bukannya yang sendat sehingga terseksa ketika berjalan, bukanlah warna yang terang sehingga menyakitkan mata dan bukanlah yang terbuka di sana sini sehingga setiap kali terpaksa ditutupi dengan tangan.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, maka apabila keluar, syaitan akan menghiasinya.” (Dikeluarkan oleh Al Bazzar dan At Tirmidzi dan disahihkan oleh Syeikh Al Albani dalam Irwaul Ghalil jilid I).

Ramai gadis murahan (kerana murah dibeli atau didapati) , baik di IPT atau sudah bekerja suka sekali memakai seluar jeans dan seluar ketat yang menampakkan bentuk pinggul mereka. Mereka tidak sedar bahawa lelaki suka sekali melihat hanya untuk menjamu nafsu tetapi tidak ada yang akan sudi mengambil gadis sebegitu sebagai teman di dalam kehidupan.

Pemakaian seksi menyeksa batin lelaki, membuatkan mereka tergoda, namun daripada sudut pandang psikologi, perbuatan wanita memakai pakaian seksi terbabit hanya akan meruntun nafsu lelaki supaya menyeksa kaum wanita, disebut menghukum dan menganaiyai wanita itu di atas katil dengan kekuatan seks luar biasa dan memperlakukan pelbagai tindakan luar batasan bagi memuaskan nafsunya yang diruntun secara tidak normal oleh wanita itu dengan pemakaiannya yang seksi.

Gejala ini disebut pembalasan dendam daripada lelaki yang kemudiannya akan meninggalkan wanita tersebut setelah kepuasannya dipenuhi, perbuatan ini jauh daripada cinta, jauh daripada kasih dan segalanya yang selama ini di dambakan oleh seorang wanita tetapi dipandu oleh nafsu dan runtunan syahwat.

Pemakaian yang menutupi aurat, bermaksud menutupi seluruh tubuh badan kecuali muka dan tapak tangan bukan hanya memakai tudung, tetapi mesti labuh sehingga menutupi dada, juga tidak terbuka dan terdedah di bahagian lain serta tidaklah ketat dan sendat menampakkan bahagian dan bentuk badan.

Allah swt berfirman (dengan maksudnya) :
“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka melabuhkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab : 59)

Percayalah pemakaian sopan, beradab dan menutup aurat akan membawa kepada kebaikan diri, keselamatan dan juga penampilan imej yang baik dan akan mengundang bukan sahaja keredhaan tuhan tetapi juga keredhaan seluruh makhluk termasuk manusia yang melihat.

Penampilan imej

Menghasilkan imej yang menarik sangat mudah tetapi mengekalkannya itu yang amat payah. Postur yang betul perlu dipelajari, bagaimana cara berdiri, berjalan, duduk dan ketika tunduk mengambil barang atau sesuatu yang tercicir di atas lantai.

Mulakan dengan postur yang betul ialah satu kemestian, tidak ramai menyedari wanita kerap membongkok ketika berjalan, khasnya bila mereka memakai tudung yang labuh atau berpakaian sopan, ini tidak betul kerana tawadhuk itu di hati bukan dengan berjalan tertunduk-tunduk sehingga menyakitkan tulang belakang.

Jalan dengan meluruskan posisi badan, kepala tegak dengan langkah yang aman dan damai pasti akan menghasilkan pemandangan seorang wanita anggun yang sedang berjalan. Betulkan posisi duduk, cara meletakkan tangan , kaki dan punggung bagaimana melabuhkan diri amat berguna bagi membina imej yang positif dan mempesona.

Ini tidak hanya berguna ketika anda bertemu orang ramai tetapi perlu dilatih di dalam rumah sehingga anda menjadi suri rumahtangga dan bergelar isteri yang anggun dan memikat di sisi suami.

Baginda bersabda : “Dunia itu ialah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita yang solehah.” (hadis sahih, riwayat Muslim no. 3628).

Siapa tidak bangga memiliki isteri anggun dan bergaya, melihatnya duduk di sofa sahaja membuatku terpesona, bergaya, anggun dan jelita. Cara letak tangannya, cara memegang gelasnya, cara menghidangkan makanan di atas meja, cara mengambil sesuatu, gerak langkahnya, cara dia menyentuh diriku, aduh aku suami bahagia punyai isteri yang istimewa.

Demikian keluh seorang suami yang memiliki isteri yang kebetulan telah dilatih dengan disiplin latihan pesona wanita semenjak kecil.

Allah swt berfirman (dengan maksudnya) :
“ Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah diciptakan bagi kamu dari diri kamu isteri-isteri supaya kamu bersenang-senang kepadanya..” (Ar-Rum : 21).

Selesaikan postur, cara berinteraksi pula menjadi topik utama, perkataan yang diucapkan, percakapan dan tutur kata memainkan peranan. Pilihan ayat yang tepat gagal digunakan oleh ramai wanita kerana tidak sabar untuk bercakap.

Berfikir sebelum bercakap

Berfikir sebelum bercakap membantu seorang wanita untuk menghasilkan ayat yang tepat, menarik dan sesuai untuk digunakan pada situasi tertentu. Sesetengah lelaki, misalannya suami anda adakalanya memiliki sensitiviti tertentu terhadap penggunaan bahasa.

Contohnya saya pernah menerima aduan mengenai seorang kawan yang berasal daripada utara Kedah yang telah bernikah dengan seorang gadis Kelantan, beliau mengatakan bahawa apabila mendengar isterinya bercakap di dalam bahasa Kelantanis serta merta beliau cepat sekali bernafsu !

Seorang yang lain pula mengatakan, beliau pantang mendengar wanita bercakap di dalam loghat Terangganu kerana akan mematikan selera beliau sedang rakan yang lain pula mengatakan dia tak mampu bertahan dengan bahasa utara yang agak pekat, menyakitkan telinga katanya !

Demikian antara contoh keperluan bagi kita memilih perkataan dan bahasa yang sesuai untuk berbicara khasnya bagi wanita yang menginginkan pesona.

Kegelojohan bercakap boleh membawa padah, ramai wanita tidak menyedari bahawa lelaki kurang memahami percakapan dan butir perkataan yang keluar daripada mulut mereka. Wanita menyifatkan sesuatu secara maksud tersirat tetapi lelaki kerap mengambil apa yang terzahir daripada perkataan.

Wanita mungkin berbicara kepada suaminya, yang dia terluka ketika memasak di dapur tadi tetapi sekarang sudah sembuh dan lukanya pun sudah hilang. Suami mungkin akan membalas dengan mengatakan apakah sudah dibubuh ubat pada luka ? Memesan supaya berhati-hati di dapur atau paling kurang berkata kalau sudah sembuh baguslah.

Komunikasi wanita sering mempunyai agenda tersimpan yang tidak diluahkan !

Hakikatnya boleh jadi wanita itu ingin perhatian lebih daripada suaminya seperti melihat bekas luka di badannya, bertanya di mana luka itu berada dan kemudian paling penting bertanya masakan apakah yang dibuat oleh isterinya kerana besar kemungkinan tujuan wanita itu menceritakan kisah lukanya di dapur itu bertujuan supaya suaminya mengetahui masakan yang dihidangkan itu dilakukan dengan bersungguh-sungguh atau istimewa.

Pasti hancur hati wanita tersebut apabila si suami mengatakan dia tidak sempat hendak makan bersama kerana sibuk dan terpaksa kembali ke pejabat dan menyuruh isterinya makan sendiri terlebih dahulu.

Siapa yang bersalah ?

Tiada siapa yang bersalah di dalam hal ini kerana sifat lelaki dan wanita ternyata berbeza termasuk pandangan dan pemikiran mereka walau bagaimanapun seorang wanita pesona dia mampu berkomunikasi dengan bahasa yang sesuai dan boleh difahami oleh pasangannya dan hal ini memerlukan kepada kebijaksanaan otak atau pendedahan informasi maklumat seperti yang ditulis oleh artikel seperti ini.

Antara perkara yang sempat saya tuliskan lagi berkenaan imej ialah seorang wanita pesona haruslah mampu menzahirkan keceriaan dan ketenangan di dalam jiwanya.

Huru-hara bukan sifat wanita pesona tetapi kelembutan, ketenangan dan kedamaian ialah imej yang perlu ditampilkan bersama dengan pemakaian. Seorang wanita pesona, wajahnya sering memaparkan senyuman, tawa riangnya tidaklah melampaui batasan dan perwatakkannya terkawal dan dikawal hanya oleh dirinya yang menafikan bahawa wanita pesona itu haruslah seperti robot bergerak yang dikawal.

Dia mengawal dirinya ketika berjalan, melangkah dan hidup dengan yakin dan tawakal kepada tuhan di dalam masa yang sama hidup mesra seperti manusia lainnya. Kepura-puraan atau lakonan tidak berlaku dan tidak dapat dilihat di wajahnya tetapi ini semua terhasil akibat latihan dan disiplin diri bertahun-tahun lamanya.

Pesona wanita tidak dapat dibina di dalam satu hari tetapi imej dan peribadi dibentuk dengan perubahan sedikit demi sedikit tetapi berterusan.

Kata kunci bagi penampilan imej ialah berhati-hati

Berhati-hati dan berfikir sebelum melakukan sesuatu akan mendorong kita bertindak dengan lebih tepat dan bermanfaat ketika melaksanakan sesuatu perkara.

Anda pasti tidak mahu gelagat anda ketika mengorek hidung akan dikenang oleh seorang lelaki seumur hidup dan memori sebegitu pasti tidak manis dibuat cerita.

Janganlah anda lupa, cukup lama masa diperlukan untuk membina imej yang baik dan peribadi pesona tetapi sekejap sahaja waktu yang diperlukan untuk memusnahkannya. Itulah yang disebutkan sebelum ini bahawa tidak susah untuk membina pesona wanita tetapi terlalu susah untuk mengekalkannya.

Berhati-hati di dalam perbualan, pergerakkan dan perlakuan akan mengundang kepada kebaikan kepada diri sendiri. Kita tidak tahu bila dan di mana orang akan melihat kita, namun dengan sikap berhati-hati kita akan lebih perihatin dan lama-kelamaan sikap ini akan bersebati di dalam diri sehingga membentuk sebuah disiplin hidup yang mempesona.

Tidak perlu jadi bagus tetapi mesti menjadi orang yang baik

Apabila artikel ini ditulis ada suara-suara sumbang yang mengatakan bahawa saya cuba memaksa orang supaya berlagak bagus. Di dalam kelas agama yang dikendalikan oleh saya kepada pekerja wanita di dalam syarikat yang saya bekerja agak ramai wanita yang mengatakan mereka sudah pun mempunyai keyakinan bahawa mereka sudah cukup baik cuma tidak bagus.

Mereka berkata kami ni memanglah tak bagus sangat, tetapi tidaklah sampai buat …itu dan ini, daripada perkataan mereka, kita mengerti bahawa mereka mengakui yang mereka baik cuma belum sampai ke tahap bagus.

Sebenarnya untuk menjadi seorang wanita pesona tidak perlu bagus tetapi mestilah memiliki ciri-ciri orang yang baik. Apakah dia ciri-ciri orang yang baik ? Marilah kita lihat.

i) Baik hatinya iaitu jauh daripada hasad dengki,sifat tamak dan suka membantu orang lain dengan ikhlas.
ii) Menyukai kebaikan dan membenci kejahatan
iii) Tidak mengumpat dan mencela orang lain kerana hatinya baik maka dia suka memaafkan
iv) Berfikiran positif dan berbaik sangka
v) Patuh dan taat kepada agama semampu dirinya
Sekiranya anda memiliki ciri-ciri di atas maka sudah pasti anda ialah seorang yang memiliki hati yang baik. Namun jika setelah membaca ciri-ciri di atas pun anda masih berkata ; Apalah ustaz ni, kami ini manusia bukannya malaikat nak buat semua-semua tu, maka sudah pasti saya pula akan berkata, panduan ini untuk manusia dan bukannya untuk iblis !

Orang yang baik maka sudah pasti dirinya akan turut mempesonakan orang lain. Setiap insan yang dikasihi tuhan pasti juga akan turut dikasihi oleh makhluk-makhluk-Nya cuma musuh-musuh tuhan yang terlalu ramai membuatkan kita kurang menyedari realiti ini.

Bagi seorang muslim dalam mencari pasangan maka hendaklah melihat kepada agama sebagaimana pesan baginda rasulullah salallahualaihiwasalam : “Wanita itu dinikahi kerana empat perkara iaitu kerana hartanya, kerana keturunannya, kerana kecantikannya, kerana agamanya maka pilihlah yang beragama nescaya kamu akan beruntung” (hadis sahih riwayat bukhari dan muslim).

Adakalanya kita melihat wanita yang hodoh, tidak cantik dan tidak pula menarik, namun kebaikan hatinya kadang-kala boleh menembusi Arasy di langit ! Para malaikat bergegar-gegar mendoakan kebaikan untuknya dan kita akan dapat lihat hidupnya berakhir dengan penuh kebaikan, keberkatan dan kegembiraan. Sekalipun mungkin tiada jodohnya di dunia ini, saya yakin tiada siapa berani menafikan keutamaan dirinya.

Kita cuma perlu sedar, dia terlalu mahal untuk lelaki hina di atas muka bumi ini.

Allah swt berfirman (dengan maksudnya) :
"Barangsiapa yang mengerjakan amalan-amalan soleh, baik lelaki mahupun perempuan, sedang mereka orang yang beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam syurga dan mereka itu tidak dianiayai walau sedikitpun." (An-Nisa':124).


Kaya tidak penting tetapi bukan sekali-kali miskin

Dimaksudkan oleh saya dengan kata-kata ini bahawa kekayaan itu tidak penting ialah kerana tidak semua wanita cemerlang, anggun dan pesona itu daripada golongan orang yang kaya akan tetapi tidak pernah ada wanita yang pesona itu terdiri daripada orang yang miskin meminta-minta.

Diriwayatkan oleh Fadholah ibn Ubaid ra yang menyebut beliau mendengar baginda rasulullah bersabda : “Berbahagialah mereka yang diberi hidayah Islam dan hidup dengan bercukupan dan bersederhana.” (hadis sahih riwayat tirmidzi ).

Allah swt berfirman (dengan maksudnya) :
“Jika mereka itu fuqara (miskin) maka akan dikayakan oleh Allah dari rezeki-Nya..” (An-Nur : 24).

Ya, bukanlah bermakna miskin itu bererti miskin harta dan wang ringgit tetapi bermaksud miskin jiwa dan miskin maruah. Disebutkan di dalam sejarah Islam melalui riwayat Ibnu Ishak yang ditolak oleh sebahagian ulama’ (saya bawa kisah ini kerana berkenaan dengan tajuk yang dibincangkan) mengenai kisah seorang wanita cemerlang yang masih berusia belasan tahun. Bapanya pergi berjuang, di dalam rumah cuma tinggal tabung bekas wang yang kosong.

Kemudian datanglah datuknya yang tua dan buta tetapi merungut-rungut akan sikap bapanya yang lebih pentingkan agama dan perjuangannya daripada keluarga. Apabila ditanya oleh datuk yang tua itu ketika menziarahi cucunya apakah bapa-mu meninggalkan wang dan harta ?

Lantas si gadis muda ini mengutip ketulan batu-batuan di jalanan dan dimasukkan ke dalam uncang wang sebagai konon bukti bahawa bapanya meninggalkan belanja. Mendengar bunyian tabung yang berisi dan merasa ada ketulan harta di dalamnya maka si datuk pun berasa tenang. Namun hakikatnya bapa mereka telah mendermakan seluruh hartanya di jalan Islam. (Sekiranya ada pihak yang mahu menyangkal kisah ini, tolong jangan lakukannya di sini)

Itulah Asma Binti Abu bakar radiallahuanha yang terkenal di dalam sejarah, pantang meminta-minta ! Maruah keluarga, bapanya dan perjuangan yang di dokongi keluarganya itu lebih utama daripada wang dan harta.

Miskin bermaksud lemah, tidak berdaya dan tidak berusaha untuk mengubah nasibnya kerana dia tidak mempunyai misi dan visi di dalam kehidupan, jiwanya miskin daripada kekuatan iman dan tawakkal serta keberanian untuk bangkit mengubah nasib dan masa depan hidupnya.

Wanita pesona tidaklah sama sekali miskin, mereka mungkin tiada harta tetapi pantang sekali meminta-minta. Mereka berdikari dan bersikap bersederhana dan bercukupan dengan apa yang ada serta bersabar dengan segala kekurangan dan kelemahan yang menimpa. Mereka tidaklah ghairah mengejar harta dunia seolah-olah mereka begitu terdesak dan miskin sehingga adakalanya orang-orang menyangka mereka ini merupakan wanita yang berasal daripada golongan yang kaya-raya.

Pada hari ini ramai sekali wanita yang miskin, mereka sanggup menjual tubuh badan mereka demi kemewahan dan pulangan harta dunia. Ternyata tubuh mereka boleh dibeli dengan wang ringgit dan kasih sayang mereka boleh dibeli untuk tempoh tertentu berdasarkan harga. Tawar menawar belaku dan lelaki boleh memiliki mereka dengan pulangan keseronokkan dunia.

Wanita murahan yang miskin seperti ini bukanlah wanita pesona idaman lelaki.

Jangan terkeliru !

Hari ini orang berkata artis wanita menjadi idaman dan impian semua lelaki, bohong dan dusta. Lihatah perceraian dan perpisahan saban hari yang terjadi dan menimpa para artis wanita. Bahagiakah mereka ?

Televisyen dan media mengkhayalkan kita mengenai glamour dan popular serta kekayaan dan kemewahan tetapi hakikatnya mereka hidup tidak lebih bahagia daripada kita. Seorang artis wanita hidup di dalam dilemma, ketakutan, cemburu dan resah selalu. Takut disaingi oleh artis baru yang lebih cantik, lebih popular, cemburu kepada suami yang mengahwininya kerana cantik dan glamour disebabkan kini sudah ada yang lebih glamour dan cantik daripadanya, resah selalu oleh gossip dan isu yang boleh menjatuhkan reputasinya, dilemma dan susah hati kerana setiap hari sudah berusia.

Pendek kata, mereka tidak semuanya yang menemui jalan bahagia.

Wanita yang kaya jiwanya, tenang hidupnya dan berwawasan akan menjadi cahaya dan pelita kepada lelaki. Di saat suaminya kebuntuan dia akan membantu menyinari hidup rumahtangga dengan cahaya iman, keanggunan dan kepesonaan yang tiada tandingan.

Pendek kata, mereka selalunya berakhir hidup dengan bahagia.

Kepandaian bukanlah syarat tetapi tidaklah pula bodoh

Kita sudah pun hampir menyentuh keseluruhan aspek luaran, peribadi seorang wanita pesona tetapi kali ini biarlah kita melihat pula kata-kata hikmah pesona wanita yang ke-empat ini iaitu kepandaian tidaklah menjadi syarat dan kewajipan tetapi tidaklah pula seorang wanita pesona itu bodoh yang bermaksud jahil dan tidak mengetahui apa-apa.
Allah swt berfirman (yang bermaksud) :

"Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus." (Al-Hajj : 54)

Mustahil orang yang bodoh dan jahil dapat menjadi wanita pesona, mulia dan anggun sebaliknya mereka cuma akan menjadi hamba, kuda tunggangan lelaki dan makhluk hina yang menghembuskan nafas kerana sistem pernafasan manusia berfungsi sedemikian.

Langsung tidak mengerti untuk apa, kenapa dan mengapa mereka dilahirkan ke muka bumi. Wanita pesona sebaliknya mampu berfikir dan sentiasa berfikir bagi mendapatkan maklumat dan pengetahuan terhadap perkara yang mereka tidak ketahui.

Tiada siapa dilahirkan pandai, berilmu dan disebabkan itulah kita belajar daripada kejahilan, belajar mengenal kehidupan dan menjadi pandai membezakan di antara perkara yang benar dan salah.

Mereka rajin belajar dan gigih mempelajari segala jenis ilmu yang dianggapkan berguna di dalam kehidupan. Mereka suka membaca, suka mempelajari sesuatu yang baru dan tidak malas daripada berusaha mendalami pengetahuan dan pengalaman mereka.

Bermula dengan ilmu yang disifatkan teori, mereka kemudian akan beramal dengannya sehingga dapat memiliki kemahiran dan pengalaman.

Wanita istimewa, anggun dan pesona tiada yang jahil tetapi penuh informasi dan berpengetahuan.

Mungkin mereka tidak sebijak Enstain, Al-Kawarizmi dan Imam Syafie tetapi mereka pastinya tidak sebodoh haiwan yang tidak tahu untuk berubah bagi membaiki kesilapan. Mereka belajar dan terus belajar serta beramal dan mengubah kesilapan mereka menjadi pengalaman dan pengajaran.

Mereka suka menghadiri kelas dan kuliah ilmu, mereka mencintai pengajian agama dan keilmuan yang membantu dan menyumbang kebaikan di dalam kehidupan mereka dan orang lain. Buku-buku merupakan hadiah kesukaan mereka dan bahan bacaan sering menjadi tatapan mereka untuk mengetahui dunia luar dan kehidupan ini.

Mereka sentiasa ingin mengetahui tentang matlamat hidup mereka, tujuan dan perkara pokok yang perlu mereka lakukan. Ini disebabkan mereka mahu hidup mereka dapat memberi sesuatu makna, menyumbang sesuatu atau beroleh pengertian dan sebuah nilai di dalam kehidupan ini.

Wanita pesona sentiasa bermatlamat, dengan ilmu dan maklumat yang mereka miliki, digunakan untuk membetulkan kembali hala tuju dan landasan yang dilalui kerana itu kita lihat, mereka tidak pernah sesat, sentiasa mendapat pertunjuk dan hidayah, sentiasa berobjektif dan jarang membuang masa atau melakukan sesuatu dengan sia-sia.

Sungguh, kita pasti akan lihat diri mereka benar-benar berguna !


Rawatan diri mesti bermula hari ini

Kata pepatah Melayu ada menyebut, “Melentur buluh biarlah daripada rebungnya” namun hari ini ramai ibubapa tidak dapat mendidik anak-anak dengan sempurna disebabkan kerana faktor pekerjaan. Pasangan suami isteri yang sibuk bekerja telah menjadikan budaya mengupah orang gaji sebagai satu fenomena yang meluas diamalkan pada masa kini. Sejak kecil anak-anak sudah terpisah daripada susu ibu yang penuh dengan vitamin dan zat khasiat semulajadi yang digantikan dengan protein rekaan dan susu lembu berbentuk tepung.

Kasih sayang yang dahulunya terjalin melalui sentuhan, persahabatan ibubapa dengan anak kini digantikan dengan kasih wang ringgit apabila ibu dan bapa membuktikan kasih sayang mereka melalui pembelian barangan seperti mainan atau memberikan duit kepada anak-anak sebagai tanda kasih.

Anak-anak diajarkan dengan kehidupan material semenjak kecil

Bahkan sekolah yang dihadiri oleh anak-anak kita juga bukanlah tempat yang sesuai untuk melenturkan buluh tetapi sebaliknya lebih merosakkan dan menjadi tempat anak-anak kita belajar perkara yang tidak sepatutnya pula.

Tidak hairanlah gadis-gadis genit, tidak berilmu yang matang tubuh badan tetapi tidak pada umur dan usia kelihatan berkeliaran memakai seluar jeans ketat menampakkan pinggul dengan baju t-shirt yang menghairahkan berkepit di jalanan bersama remaja-remaja lelaki yang mengambil kesempatan kerana ingin mencuba keseronokkan dunia dewasa.

Mereka hanya mahu berseronok, kemudian apabila tiba saat-saat tergoda oleh nafsu syahwat maka jawapan yang sama akan diberikan iaitu mereka hanya mahu berseronok.

Keseronokkan menjadi satu budaya dan kegilaan pada hari ini iaitu semua orang ingin berseronok, persoalannya mengapa mereka mahu berseronok ? dan mengapakah mereka memilih cara yang tidak sihat dan kotor untuk berseronok ?

Jawapannya ialah kerana dunia hari ini tidak seronok.

Negara dan masyarakat tidak seronok, keluarga dan ibubapa tidak menyeronokkan dan kewujudan agama, masjid serta sistem yang ada tidak menyeronokkan.
Mengapa terjadi demikian ? sudah pasti wujud penyelewengan di dalamnya.

Keluarga berlaku penyelewengan menyebabkan ianya tidak lagi seronok seperti sepatutnya, agama sebagai panduan di dalam kehidupan dilaksanakan dengan tidak betul sehingga tidak lagi menampakkan ianya menyeronokkan manusia.

Sungguh kelam sekali dunia ini, mujurlah di dalam kegelapan dan kehitaman malam itu terdapat cahaya dan sinar yang memancar cerah. Mereka keluar daripada rumah-rumah yang mulia, berjalan dengan membawa cahaya dan sinar gembira, terpapar senyuman manis dan mesra di bibir-bibir mekar mereka.

Itulah wanita pesona.

Tidakkah anda ingin menjadi salah seorang daripada mereka ?

Segala puji hanyalah bagi Allah swt



Sumber: al-ahkam.net